JAKARTA – Sikap Menteri Koordinator Bidang Penanaman Modal Luhut Binsar Panjaitan (LBP) saat pidato Presiden Jokowi dinilai tidak beretika.
Hal tersebut juga tidak pantas dilakukan saat pertemuan penting antara masyarakat dan pemerintah daerah.
Pasalnya, ketika presiden berbicara, Luhut yang berdiri di belakang Jokowi justru dengan santai teleponan.
“Mestinya tak seperti itu. LBP mestinya punya standar etika dalam menjalankan tugasnya,” kata Dosen Ilmu Politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin, Senin (7/2).
Menurutnya, sikap Luhut tidak boleh ditiru oleh semua pihak, termasuk para petinggi negara dalam kasus ini.
“Mestinya dengarkan dan perhatikan dengan seksama apa yang sedang disampaikan oleh Presiden sebagai bossnya LBP,” tegasnya.
Lain cerita, kata Ujang, apabila Luhut tidak menganggap Presiden sebagai pucuk pimpinan tertinggi negara kesatuan republik Indonesia ini.
“Mungkin saja (Luhut) merasa sebagai atasan? Harus tahu diri. Mana atasan dan mana yang bawahan,” pungkasnya.
Menko Marvest Luhut Binsar Panjaitan menerima telepon di saat Presiden Jokowi pidato, terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial.
Video ini juga bisa dilihat di YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi berpidato untuk meresmikan tujuh pelabuhan penyeberangan dan empat kapal motor penumpang (KMP) di Danau Toba, Sumatera Utara pada Rabu lalu (2/2).
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden di Pelabuhan Ajibata, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Rabu (2/2).
Prasarana dan sarana transportasi yang dibangun oleh Kementerian Perhubungan ini dibangun dalam rangka meningkatkan konektivitas antar wilayah serta mendukung sektor pariwisata di kawasan Danau Toba.
Ketujuh pelabuhan penyeberangan yang diresmikan yaitu: Pelabuhan Penyeberangan Ajibata dan Balige (Kabupaten Toba), Simanindo (Kab. Samosir), Tigaras (Kab. Simalungun), Muara (Kab. Tapanuli Utara), Baktiraja (Kab. Humbang Hasundutan), dan Tongging (Kab. Karo).
Sedangkan empat kapal penyeberangan yang diresmikan yaitu: Kapal Motor Penumpang (KMP) Pora-Pora berkapasitas 180 penumpang dan 21 kendaraan, KMP Kaldera Toba berkapasitas 152 penumpang dan 15 kendaraan, Bus Air KMP Asa-Asa dan KMP Jurung-Jurung yang masing-masing berkapasitas 150 penumpang. (pojoksatu-red)