BANDUNG – Setidaknya terdapat delapan kali letusan Gunung Anak Krakatau yang terjadi sejak pukul 11.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB pada jumat (4/1)
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andiani mengatakan, atas terjadinya erupsi tersebut warga diminta waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
‘’Kemungkinan erupsi Gunung Anak Krakatau akan kembali terjadi disertai gempa vulkanik,’’kata Andiani dalam keterangannya, Jumat, (4/1)
Menurutnya berdasarkan pengamatan Gunung Anak Krakatau sudah memperlihatkan peningkatan aktivitas sejak Desember 2021 lalu.
Gununng Anak Krakatau memasuki fase erupsi diketahui pada bulan ebruari dengan tampilan visual adanya hembusan asap putih dan letupan berwarna kelabu.
Ada letusan kelabu hingga hitam dan terakhir jam 17.07 WIB dengan ketinggian kolom abu hingga 1.000 meter (m) di atas puncak kawah,’’kata Andiani.
Sejau ini pihak PVMBG terus melakukan pemantauan selama 24 jam untuk memastikan aktivitas Gunung anak Krakatau. Sedangkan tingkat aktivitas masih di level waspada.
Adanya erupsi terjadi setelah adanya gempa yang berpusat di Banten. Namun dia memastikan bahwa aktivitas ini tidak memiliki hubungan sama sekali.
Gempa di provisi Banten sendiri terjadi pada kedalaman 10 km pada pukul 17.10 WIB, koordinat: 7.48 LS-105.92 BT.
Gempa terjadi di 71 km Barat Daya Bayah-Banten. BMKG memastikan gempa tidak memiliki potensi terjadinya gelombang tsunami.
Untuk musibah ini, pihaknya menhimbau agar masyarakat menjauh dari radius 2 km dari kawah dan meminta masyarakat tetap waspada.
Sejauh ini belum dapat dipastikan sebaran abu vulkani dapat menggangu penerbangan. (red)