PCR juga tidak dapat mengenali keseluruhan kode genetik virus satu per satu. Sehingga PCR tidak dapat pula mengenali atau membedakan varian virus. Oleh sebab itu, hasil SGTF pada PCR tidak dapat menjadi kesimpulan identifikasi suatu varian. Sehingga dibutuhkan upaya melalui metode pengujian WGS.
Cara kerja WGS berbeda dengan PCR. Apabila PCR hanya dapat mengenali gen yang menjadi targetnya saja, WGS mengurutkan kode genetik virus satu per satu secara keseluruhan dari awal hingga akhir. Melalui kode genetik utuh tersebut varian dapat dikenali dan dibedakan.
Deteksi Subvarian BA.2
Sementara itu, saat ini sudah muncul salah satu jenis varian Omicron, yang disebut sebagai BA.2. Omicron BA.2 bukanlah varian baru dan masih masuk sebagai varian Omicron. Selain BA.2 terdapat 3 jenis varian Omicron lainnya yaitu B.1.1.529, BA.1, dan BA.3.
Yang berbeda adalah, perubahan yang terjadi pada gen S Omicron lainnya, tidak terjadi pada BA.2. Sehingga, gen S pada BA.2 masih terdeteksi oleh PCR dan tidak memunculkan hasil SGTF. Dengan kata lain, hasil PCR Omicron BA.2 sama dengan varian lainnya meskipun BA.2 merupakan varian Omicron.
Meski demikian, Prof Wiku mengingatkan kembali apapun varian yang beredar, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah mengidentifikasi orang positif Covid-19 agar rantai penularan dapat diminimalisir. Mengidentifikasi dan memisahkan orang yang terinfeksi Covid-19, menjadi langkah penting untuk mencegah meluasnya penularan yang berpotensi menimbulkan lonjakan kasus.
“Dengan memutus rantai penularan, potensi lonjakan kasus dapat dicegah. Dalam hal ini, PCR masih efektif untuk mengidentifikasi orang yang positif Covid-19 apapun variannya,” tegas Prof Wiku. (jawapos-red)