Menurutnya, dari tahun-ke tahun banyak jamaah haji yang sudah berusia lanjut berangkat ke tanah suci dengan harapan ingin meninggal disana.
Namun, jika ditelisik mengenai syarat mampu (istitho’ah) kondisi ini, tidak terpenuhi. Sebab, Istitho’ah itu bukan saja mampu secara materi tapi jasmani dan ruhaninya juga harus mampu melaksanakan ibadah haji itu sendiri.
‘’Jadi jangan ingin meninggal di tanah suci karena berangkatnya sudah pikun, dimensia dan sakit-sakitan Ini sebenarnya istotho’ahnya tak terpenuhi. Kalau meninggal ya meninggal yang berkualitas,” kata Dr. Fidiansyah.
Untuk itu, salah satu cara untuk memenuhi syarat mampu, sebaiknya ibadah haji dibadalkan atau di wakilkan oleh keluarga atau orang lain. Sebab, dengan diwakilkan pahala ibadah haji akan tetap akan didapatkan kepada orang yang memiliki niat melaksanakan ibadah haji itu.
‘’Dengan demikian biaya badal bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan ummat, menjadi haji mabrur memang perlu disiapkan, ukuran kemabrurannya disosialisasikan dengan baik, dan masalaah kesehatan harus menjadi pertimbangan utama,’’kata dia.
Masukan-masukan dalam diskusi ini diharapkan menjadi tambahan atau pendalaman materi yang akan dibubukan oleh Prof. Dr. Abudin Nata berjudul Haji Mabrur Sepanjang Hayat. Termasuk di dalamnya adalah modul-modul yang akan menjadi panduan calon jamaah haji.
Ketua Umum Pengurus Pusat IPHI H. Ismed Hasan Putro menutup diskusi dengan menggarisbahwahi bahwa usaha meningkatkan kualitas haji mabrur dimaksudkan untuk menjawab harapan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas agar IPHI dapat berkontribusi dalam masalah-masalah kebangsaan: ekonomi, pendidikan, spiritual dan sosial.
Untuk ini PP IPHI telah menyiapkan sertifikasi calon pembimbing haji, dengan harapan para pembimbing benar-benar mampu menjadi pendamping yang kredibel, dan mendorong terwujudnya pemahaman yang cukup tentang pelaksanaan haji bagi calon jamaah haji.
Kajian seri ke-4 digelar dalam format seminar secara daring Jumat (28/1/2022). Hadir peserta dari seluruh Indonesia, dengan pembicara utama Prof Dr. Abudin Nata, MA (Guru besar UIN Syarif Hidayatullah/ Ketua PP IPHI), Dr. Tuan Guru Haji Jalalussayuti (Wakil Ketua PW IPHI NTB), Dr. dr. Fidiansyah Mursid, Sp. Kj (Sekretaris Dewan Penasihat PP IPHI), dan para penanggap Dr. Hj. Meiliana (Ketua PW IPHI Kalimantan Timur), Dr. H. Amas Tadjuddin (Sekretaris PW IPHI Banten), dan Drs. HM. Nur Fauzan Ahmad, MA (Wakil Ketua PW IPHI Jaawa Tengah). (*).