Kisah Adzan Terakhir Bilal Ibnu Rabah, Sebuah Panggung Untuk Menghasilkan Orang-orang Terhormat

Ia memutuskan untuk meninggalkan kota itu untuk pergi ke Damaskus.

Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibn Al-Khaththab ke Syam.

Tujuan Umar menemuinya hanya satu, membujuknya untuk mengumandangkan azan kembali.

Dia menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. ia kembali membujuk dan membujuk.

“Hanya sekali,” bujuk Umar. “ini untuk umat, umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakratul-mautnya”

“Begitu besar cintamu kepada Muhammad, tidakkah engkau cinta kepada umat yang dicintai Muhammad?”

Bilal ter-sentuh. la setuju untuk kembali mengumandangkan azan. Hanya sekali, saat shubuh.

Pada hari akan mengumandangkan azan pun tiba. Tangis dan keharuan serta kerinduan kepada Rasulullah kembali membuncah.

Setelah sekian lama Bilal tak mengunjungi Madinah, pada suatu malam Rasullulah hadir dalam mimpi Bilal dan menegurnya, “ Ya Bilal, wa ma hadzal jafa ? (Hai Bilal kenapa engkau tak  mengunjungiku ? Kenapa sampai begni?)!”

Dia pun terbangun, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah untuk menziarahi Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.

Setiba di Madinah, Bilal menangis, melepas rasa rindunya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Nabi Shallahu Alaihi Wasallam Hasan dan Husein.

Dengan mata sembap, ia beranjak tuk memeluk kedua cucu Rasulullah itu. Salah satunya berkata kepada Bilal radhiallah anhu.

“Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan azan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”

Ketika itu, Umar ibn Al-Khaththab yang telah menjadi khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu Beliau pun memohon untuk mengumandangkan azan, meski sekali saja.

Dia memenuhi permintaan itu. Saat? waktu shalat tiba, dia naik ke tempat dia biasa mengumandangkan azan pada masa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam masih hidup.

Saat lafadz “Allahuakbar” dikumandangkan nya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktivitas terhenti.

Semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, telah kembali.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan