BANDUNG – Seniman dan Budayawan Sunda, Budi Setiawan Garda Pandawa alias Budi Dalton menyebut, pernyataan Arteria Dahlan itu cenderung rasialis.
Menurut Budi Dalton, pernyataan Arteria Dahlan itu bertolak belakang dengan PDIP yang malah mengusung keberagaman.
Budi Dalton menyebut, publik pun sejatinya sudah bisa menilai pernyataan yang dilontarkan Arteria Dahlan.
“Kalau saya memvonis kemarin rasialis, mungkin menuju rasial, rasis, walaupun apa (maksud) yang dia bicarakan kemarin tidak,” ujar Budi Dalton pada, Rabu (19/1).
Semestinya, kata dia, yang paling tidak terima dan tersinggung dengan pernyataan Arteria itu adalah PDIP sendiri.
“Kalau saya orang PDIP, harusnya sudah tersinggung karena PDIP mengusung keberagaman, mengusung budaya dan lain-lain. Ini tiba-tiba begitu anggotanya, aduh ampun,” sesalnya.
Budi Dalton mengungkap, telah dilakukan pertemuan dengan sejumlah inohong Jawa Barat yang khusus membahas ucapan Arteria Dahlan.
Dari hasil pertemuan dan konfirmasi yang dilakukan, Budi Dalton memastikan tidak ada Kajati yang menggunakan bahasa Sunda saat rapat kerja Komisi III DPR RI bersama Jaksa Agung ST Burhanuddin dan jajarannya.
Berdasarkan informasi yang dirinya himpun, dalam rapat tersebut terdapat empat Kajati yang adalah orang Sunda.
Mereka diketahui bertugas di luar Jawa seperti Kalimantan Timur, Riau dan lainnya.
“Mereka menyatakan tidak ada yang berbahasa Sunda. Tapi kalau sebelum rapat say hello seperti menanyakan kabar, kang, kumaha damang? (gimana baik?) Itu mah wajar-wajar saja,” tutur Budi Dalton.
Konfirmasi juga dilakukan kepada Kajati Jabar Asep Nana Mulyana.
“Termasuk Pak Kajati Jabar juga sudah dikonfirmasi (tidak menggunakan bahasa Sunda) oleh Pak TB Hasanuddin,” bebernya.
Kang Budi menduga, pernyataan kontroversial Arteria Dahlan itu dilatarbelakangi sikap iri.
Sebab, kejaksaan sebagai mitra Komisi III DPR RI didominasi orang-orang Sunda.
“Sirik bisa gak? Ah, bisa saja, walaupun dibalut oleh kalimat-kalimat bagus,” ungkap Kang Budi.
“Banyak alasannya, mungkin. Hanya ternyata, ya tidak ada alasan. Itu yang anehnya,” sambung Budi Dalton. (pojoksatu)