JAKARTA – Banyaknya penolakan atas vaksinasi covid-19 untuk ibu hamil membuat angka capaian vaksin ibu hamil rendah, Hal ini menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid 19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjadi sebuah tantangan.
“Ini juga masih mengalami tantangan. Masih ada penolakan dari para perempuan maupun ibu hamil, jadi ini merupakan tantangan bila kita bicara soal vaksinasi,” kata Nadia, Rabu, 22 Desember 2021.
Penolakan tersebut bukan hanya datang dari ibu hamil, tapi juga dari keluarga yang tak mengijinkannya. Hal ini membuat Nadia justru semakin tertantang untuk terus memberikan edukasi terkait vaksinasi untuk ibu hamil tersebut.
Nadia menyebutkan berdasarkan data yang dimiliki Kemenkes, hingga saat ini jumlah ibu hamil yang sudah mendapatkan vaksin baru sebanyak 30.000 orang.
Padahal, pemerintah sudah ada sekitar 11 merek vaksin yang diedarkan di lingkungan masyarakat untuk membentuk kekebalan kelompok dalam menghadapi COVID-19, sekaligus memasukkan ibu hamil ke dalam kelompok prioritas untuk mendapatkan vaksin tersebut.
Menurut Nadia, rendahnya angka tersebut terjadi karena masih ditemukan adanya penolakan ibu hamil yang tidak mau divaksin. Juga pihak keluarga yang tidak mengizinkan akibat kurangnya informasi maupun tidak percaya akan khasiat vaksin COVID-19.
“Nah, ini apakah betul masih banyak ibu hamil yang belum mendapatkan vaksinasi atau mereka memang menunda mendapatkan vaksinasi sesudah kelahiran anak-anaknya,” kata dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan sayangnya penolakan itu juga terjadi pada saat melakukan vaksinasi untuk penyakit Hepatitis, HIV maupun Sifilis.
Oleh karena itu, pemerintah mulai mengambil langkah pendekatan secara struktural dengan menjalin kerja sama dengan kementerian lembaga terkait.
Termasuk organisasi-organisasi yang dekat dengan masyarakat untuk melakukan sosialisasi dan memperkuat sistem komunikasi dalam memberikan pemahaman pentingnya vaksin bagi tubuh.
Nadia berharap melalui sosialisasi yang diberikan dapat mencegah kematian pada ibu akibat COVID-19 maupun penyakit lain. Sehingga, keluarga tidak akan merasakan dampak yang tidak diharapkan sekaligus menghindari hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. (khf/fin)