Tahun 2021, Kasus DBD di Kabupaten Bandung Melonjak

SOREANG – Tahun 2021, kasus Demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bandung alami peningkatan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, kasus DBD Kabupaten Bandung selama dari Januari sampai Oktober 2021  yaitu 1.553. Sementara pada tahun 2020 kasus DBD sebanyak 1.228. Jumlah kematian karena kasus DBD per bulan di Kabupaten Bandung sampai dengan Juli 2021 itu sebanyak 20 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dr Grace Madiana Purnami, melalui Kasie P2PM Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Agus Kukuh Satiana mengaku bahwa kenaikan angka kasus DBD disebabkan oleh cuaca yang tengah memasuki musim penghujan, pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga berpengaruh terhadap peningkatan kasus penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu.

“Dengan adanya pelonggaran PPKM membuat mobilitas masyarakat jadi tinggi, sedangkan saat PPKM masyarakat banyak dirumah dan rajin melakukan kegiatan bersih-bersih di rumah maupun lingkungannya. Dalam satu tahun ini, yang lebih meningkat sejak tiga bulan kebelakang, pas musim penghujan,” kata Agus saat di konfirmasi, Soreang (30/11).

Menurutnya, kasus DBD yang paling banyak itu terjadi di wilayah dengan jumlah penduduk yang padat, dengan sebutan daerah endemis yaitu daerah yang selama tiga tahun berturut-turut terdapat kasus DBD.

“Penyelidikan epidemiologi ke tempat kasus untuk mengetahui apakah digigitnya di daerah itu atau dimana, kalau bukti-buktinya digigit disitu baru kita mengadakan PSN, setelah PSN baru kita mengadakan fogging focus atau penyemprotan,” papar Agus.

Selain itu, lanjut Agus, yang paling banyak terjangkit DBD itu masyarakat dengan rentang usia produktif, yang mobilitasnya tinggi. Contohnya, masyarakat yang bekerja di luar Kabupaten Bandung dan digigitnya diwilayah tersebut, namun pas sakit orang tersebut berada di Kabupaten Bandung.

“Adanya hal tersebut, upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, mulai dari kegiatan Pemberantasan Sarang Desa Nyamuk (PSN), lalu Gerakan Satu Rumah Satu Jumatik (G1R1J) diaktifkan kembali, kemudian jika ditemukan ada kasus DBD maka akan diadakan penyelidikan epidemiologi,” jelasnya.

Untuk sarana prasarananya sendiri, kata Agus, sudah siap. Diantaranya, ada dua tim fogging beserta alat-alatnya, obat-obatan dan epidemiolognya di puskesmas sudah siap. Selain itu, komunikasi dengan rumah sakit juga sudah berjalan bagus.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan