Hari Pahlawan, LDII : Kemandirian Indonesia Jadi Perhatian Dunia

“Mereka akan menjadi pahlawan masa depan, bila memiliki semangat rela berkorban dan berjuang untuk kepentingan orang banyak, tanpa membedakan suku, agama, dan ras. Merekalah pahlawan-pahlawan masa depan,” urai Dody.

Senada dengan Singgih dan Dody, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Barat, Dicky Harun mengatakan, kepercayaan negara-negara anggota G20 kepada Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis. Selain itu, pengakuan terhadap Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Hal ini sejalan dengan semangat Hari Pahlawan yang menginginkan kemerdekaan dan kemandirian bangsa Indonesia.

“Indonesia saat ini menjadi salah satu perhatian dunia, khususnya para pelaku ekonomi dan keuangan. Saatnya Indonesia menunjukkan berbagai kemajuan yang telah dicapai kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pasca pandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” papar Dicky.

Sebagai kilas balik Hari Pahlawan, Singgih mengatakan, hal ini bermula dari pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, yang menjadi sejarah perjuangan bangsa. Hanya sekitar 4 bulan setelah kelahirannya, bangsa Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekannya, harus menghadapi Inggris kampiun Perang Dunia II dan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.

“Heroisme rakyat Surabaya dicatat dengan harum dalam perjalanan sejarah bangsa, bagaimana bangsa yang baru lahir mempertahankan kemerdekaannya,” ujarnya.

Singgih melanjutkan, sikap heroik dari rakyat Surabaya merupakan wujud kecintaan terhadap tanah air. Sekaligus ekspresi dari tekanan akibat politik imperialisme yang meminggirkan bangsa Indonesia selama ratusan tahun.

Perlawanan mereka mengakibatkan serangan Inggris yang luar biasa tersebut, berlangsung selama tiga minggu yang mengakibatkan kerusakan besar terhadap kota Surabaya. Efeknya, luar biasa, mata dunia tertuju kepada negeri muda yang melawan dengan gigih kolonialisme.

“Peristiwa itu dikenang karena keberanian, kegigihan, dan spontanitas rakyat Surabaya yang mengubah sejarah Indonesia. Heroiknya rakyat Surabaya yang kemudian hari disebut sebagai bondo nekat atau bonek,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan