JAKARTA – Pegiat media sosial, Denny Siregar melontarkan kritikan keras terhadap kebijakan pemerintah terkait kewajiban tes PCR bagi pelaku perjalanan darat maupun udara.
Pria yang kerap kali memberi dukungan penuh untuk Presiden Joko Widodo alias Jokowi ini tidak setuju dengan tes PCR yang diduga dimanfaatkan sebagai ladang bisnis.
“Saya sih setuju ada pembatasan untuk mudik. Tapi membatasi mudik dengan membebankan biaya tes PCR dan antigen ke pemudik, itu namanya bukan solusi, tapi mencari keuntungan pribadi,” kata Denny Siregar di akun Facebook-nya, dikutip Selasa (2/11/2021).
Dia menilai, kebijakan tes PCR dengan alasan untuk menekan mobilisasi saat mudik natal dan tahun baru, dianggap tidak efektif. Tes PCR bukan solusi diduga hanya akal-akalan mencari keuntungan.
“Orang pasti bayar tes, karena buat sebagian orang mudik gak bisa ditahan. Jadi, tes itu bukanlah solusi untuk mencegah orang bepergian. Tes itu hanya akal-akalan dari perusahaan penyedia alat tes dengan pejabat pembuat kebijakan, untuk mendapat keuntungan” ujarnya.
Dia mencontohkan keuntungan PT Itama Tbk, perusahaan farmasi yang menjual alat kesehatan. Laba bersih mereka naik tinggi sampai hampir 1000 persen di Q3.
“Apa yang mereka jual? Ya alat-alat tes itu. Semakin tes diwajibkan, laba mereka akan semakin tinggi. Mereka yang untung di atas duit masyarakat yang harus bayar karena kata “wajib” itu,” ucapnya.
“Trus apa dong yang harus dilakukan pemerintah supaya orang gak mudik ? Ya pikirkanlah. Pejabat dibayar kan untuk mikir. Tapi kalo mikirnya cuman “wajib tes” doang, itu gak usah orang pintar jadi pejabat, Aldi Taher juga bisa,” sambung Denny.
Denny mengatakan, di banyak negara ketakutan terhadap Covid sudah semakin mereda. Mereka tahu, kalau berita menakutkan tentang Covid terus dimainkan, yang untung cuman perusahaan farmasi. Tapi ekonomi keseluruhan negara runtuh, karena orang gak bergerak untuk bekerja.
“Banyak negara maju sekarang sudah fokus ke ekonomi. Pandemi akhirnya jadi endemik, ada penyakitnya tapi dianggap biasa, seperti flu yang dulu dianggap penyakit menakutkan di Spanyol” ungkapnya.