JAKARTA – Untuk merayakan hari sumpah pemuda 28 Oktober 2021, kata “Bersatu, Bangkit dan Tumbuh” menjadi tema untuk perayaan tahun ini. Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon menilai, tema itu punya pesan positif setelah dua tahun dihantam pandemi dan resesi ekonomi. Masyarakat perlu bersatu agar bangkit serta tumbuh bersama-sama.
“Persatuan perlu kepercayaan, trust, dari semua pihak terutama harus dibangun dari atas. Pemimpin harus bisa dipercaya rakyat. Lahirlah persatuan antara pemimpin, pemerintah dan rakyat, antara masyarakat sendiri, berbagai daerah, golongan serta menjadikan perbedaan sebagai keniscayaan,” ujar Fadli Zon lewat keterangan tertulisnya, Kamis (28/10/2021).
Akan tetapi, menurut Fadli Zon, saat ini pejabat pemerintah justru kerap memproduksi narasi-narasi mengarahkan kita pada disintegrasi-sosial terhadap suatu kelompok.
Dia mencontohkan narasi yang kontroversial yang dilontarkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyebut Kementerian Agama milik Nahdatul Ulama atau hadiah negara untuk Nahdatul Ulama (NU).
Menurut Fadli Zon, pejabat publik harusnya mengayomi semua golongan, bukan malah melontarkan pernyataan yang memecah belah.
“Di mana fatsoen-nya sebagai pejabat publik? Jika pejabat pemerintah tak berusaha menjaga adab dalam berbicara, lantas siapa yang bisa mengarahkan kita pada persatuan? Justru pejabat semacam ini memecah belah,” ujar Fadli Zon.
Fadli Zon mengatakan, Presiden Jokowi seharusnya tegas menegur bawahannya yang mengeluarkan pernyataan yang membuat gaduh di tengah publik. Hal itu untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
“Dalam konteks pernyataan Menteri Agama, misalnya, mestinya segera ada teguran terbuka, untuk menjaga perasaan umat serta organisasi keagamaan lain yang telah diekslusi oleh pernyataan ceroboh tadi,” ungkapnya
Dikatakan Fadli Zon, persatuan dan kesatuan bukan hanya menjadi tugas pemerintah atau Presiden saja. Akan tetapi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk itu, di hari sumpah pemuda ini, Fadli Zon mengajak semua lapisan masyarakat untuk menjaga bangsa dari ancaman perpecahan. Dia juga mendesak agar narasi-narasi radikal, intoleran, teroris, hingga Islamophobia dihentikan.
“Hentikanlah narasi-narasi Islamofobia dan terorisme yang selalu menyudutkan Islam. Sebab, apapun perbedaan yang kita miliki hari ini, kita semua tetaplah bertanah air dan bertumpah darah satu, yaitu Indonesia,” pungkasnya. (Fin-red)