Dalam kesempatan tersebut, KH. Muhammad Asy’ari Akbar mengatakan, ponpes juga berkotnribusi menjadi solusi umat saat ini. Contohnya permasalahan sampah, Ponpes Minhaajurrosyiddin ini mencoba mengelola sampah, sehingga menjadi zero waste.
Menurutnya, santri di ponpes tak hanya diajari ilmu agama, tetapi diberikan softskill alias keahlian, salah satunya urban farming . Setelah santri keluar dari pondok, selain berdakwah agama mereka juga memiliki kemandirian, bertani dan berkebun misalnya.
“Sangat senang dan terkejut, aKH.Miftah Faridl juga berpesan agar melanjutkan karya nyata untuk umat. Selain melihat proses pendidikan keagamaan dan prasarana ibadah, beliau juga mengunjungi softskill kemandirian. Pesan KH.Miftah Faridl pada kami, teruslah menjadi ponpes yang rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Sementara itu H. Teddy Suratmadji juga mengapresiasi kunjungan silaturrahim ini. Menurutnya, kunjungan KH. Miftah Faridl, mengingatkan dirinya pada masa ketika kuliah di ITB. Sebagai informasi, KH. Miftah Faridl adalah dosen mata kuliah agama Islam di ITB, sementara H. Teddy Suratmadji dan KH. Muhammad Asy’ari Akbar adalah mahasiswanya dulu.
“Kami syukur sekali hari ini Ponpes Minhajurrosyiddin bertemu tokoh yang kami hormati dan dihormati di Jawa Barat. KH.Miftah Faridl adalah dosen agama ITB sejak tahun 70-an. Kami semua senang sekali, kunjungan beliau luar biasa, menjadi reuni antara kami sebagai mahasiswanya dengan dosen atau guru yang kami hormati,” ujarnya.
H. Teddy Suratmadji juga berterimakasih karena beberapa pengurus LDII Kota Bandung dipercaya menjadi pengurus MUI di kota itu. Ini merupakan bentuk dukungan kepada LDII sekaligus amanah. Pesannya yang harus selalu diingat, yaitu silaturrahim, sinergi, dan kolaborasi yang selama ini telah terbangun supaya terus tetap dipertahankan. (*)