Lebih lanjut dr Ali mengatakan, “Kalau anak minum susu kental manis, nanti rasa kenyang yang timbul, dan anak jadi susah makan. Intinya susu kental manis tidak lagi diberikan untuk rutinitas anak. Mengenai ini, masyarakat dapat mencari informasi yang terpercaya dari website IDAI.”
Aktivis perempuan Rahayu Saraswati yang hadir dalam kesempatan itu turut membagikan pengalamannya mengenai parenting dan kebiasaan mengkonsumsi susu anak-anaknya.
“Memang sebaiknya agar masyarakat sehat, susu kental manis tidak lagi diberikan untuk anak-anak kita,” jelas politisi perempuan ini.
Dikatakan Sara, parenting bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu, tapi juga tanggung jawab ayah. Jadi kalau kita bicara bonus demografi, dan juga permasalahan stunting yang masih di angka 30 persen, ini fokusnya bukan di anak, tapi di ibu.
“Bagaimana orang tua menyayangi anak. Sebelum menyayangi anak, kita sebagai orangtua harus menyayangi diri kita sendiri, bagaimana asupan gizi kita sebagai ibu cukup sehingga ASI yang diberikan kepada anak juga bagus. Bagaimana suami memperlakukan istri dengan baik sehingga ibu mendapat dukungan secara psikis, ibu terhindar dari stress, sehingga turut menjadikan proses memberikan ASI menjadi lancar, anak tumbuh dengan baik,” pungkas ibu yang sedang menanti kelahiran buah hatinya yang ketiga ini. (*)