JAKARTA – Menyambut hari World Cleanup Day (WCD) 2021, DPP LDII menghelat kampanye pilah sampah dari rumah. Menurut Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, penyelesaian sampah harus dari hulu yakni rumah tangga. WCD 2021 jadi momentum LDII untuk mengedukasi warganya, memilah sampah untuk mengatasi persoalan lingkungan global.
Ketua Lembaga Pemulihan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLH SDA MUI), Hayu S. Prabowo mengapresiasi DPP LDII, sebagai ormas Islam yang peduli dengan persoalan lingkungan hidup.
Tidak hanya perhatian, menurutnya LDII selalu berkomitmen serta memiliki agenda pelaksanaan yang konsisten, dimana masih sedikit organisasi keagamaan yang pimpinan tertingginya memiliki perhatian penuh terhadap lingkungan hidup.
“Karena yang diurus oleh pegiat lingkungan hidup umumnya yang kotor-kotor, bau-bau. Selain itu kita perlu menyiapkan tenaga dan biaya. Seperti halnya kita membersihkan lingkungan kita sendiri, jadi tidak ada yang bayar. Itu umumnya yang terjadi di organisasi kita apabila kita masuk dalam kegiatan atau program lingkungan hidup,” kata Hayu Prabowo, saat acara “Gerakan World Cleanup Day Indonesia (WCDI) 2021 Bersama Warga LDII”, pada Minggu (19/9).
Berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di tahun 2020, 54 persen dari total sampah plastik masih terbuang di lingkungan, termasuk terbuang di air. Ketua LPLH SDA MUI menyayangkan perilaku warga yang membuang sampah di tempat-tempat yang terdapat air seperti, selokan, sungai, maupun laut. Ia menegaskan membuang sampah di air adalah dosa yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
“Padahal ada hadist Rasulullah SAW yang menyatakan: ‘Takutlah pada tiga tempat yang dilaknat. Membuang kotoran pada sumber air yang mengalir, di jalan dan di tempat berteduh. Kita lihat bagaimana sampah-sampah kita di sungai. Itu adalah dosa yang nanti bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Selain di sungai, LPLH MUI juga memberi perhatian pada sampah, terutama sampah plastik di laut yang tidak hanya susah terdegradasi, tapi juga dapat menimbulkan dampak kesehatan. Sebagaimana diketahui, sampah laut berasal juga berasal dari produk-produk rumah tangga masyarakat seperti pasta gigi, pencuci muka, deterjen dan lainnya yang mengalir lewat sungai.