KPI Tanggapi Tayangan Pernikahan Artis dan Sensor untuk Film Kartun Anak

JAKARTA – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) akhir-akhir ini selalu menjadi sasaran publik sebagai wadah untuk menumpahkan kekecewaannya pada beberapa tayangan televisi yang dinilai kurang berkualitas bahkan merusak orisinalitas dari sebuah karya.

Salah satunya adalah acara pernikahan beberapa selebritis Indonesia yang ditayangkan secara langsung di beberapa stasiun televisi. Acara tersebut kerap kali dinilai sebagai tayangan yang kurang berkualitas dan hanya memamerkan unsur kemewahan.

Ketua KPI, Agung Suprio baru-baru ini menjelaskan alasan diperbolehkannya penayangan acara pernikahan selebritis untuk disiarkan secara langsung di stasiun televisi lokal. Dia menilai, penayangan tersebut bukan semata untuk memamerkan sebuah pesta melainkan sekaligus untuk memperkenalkan adat dan budaya Indonesia kepada masyarakat luas.

“Kita (KPI) bolehkan (penayangan pernikahan artis), kita batasi durasinya. Tetapi kita masukan unsur budaya, yang menikah itu harus pakai budaya indonesia untuk mengenalkan budaya kita ke luar,” terangnya saat menjadi tamu Podcast di saluran Youtube milik Deddy Corbuzier.

Dirinya juga memberikan contoh pada tayangan acara penikahan selebritis salah satunya pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Agung menyatakan bahwa sebelum acara tersebut mendapatkan persetujuan untuk ditayangkan di televisi, dirinya bersama pihak KPI telah mengadakan diskusi terlebih dahulu bersama pihak Atta dan Aurel.

“Makannya Atta Halilintar menikah pakai budaya jawa, itu disuruh KPI melalui rapat dan diberikan masukan,” jelasnya lagi.

Ketua KPI periode 2019-2022, itu memastikan bahwa semua acara di televisi telah mendapatkan Surat Tanda Lulus Sensor sebelum ditayangkan.

“Kita ini pasca tayang, setiap tayangan harus mendapatkan surat tanda lulus sensor (STLS),” tegasnya.

Ketika disinggung mengenai tayangan kartun anak yang kerap kali diblur untuk menutupi bagian tubuh tertentu pada tokoh kartunnya, Agung juga mengaku terkejut dan menanggapi bahwa penyensoran tersebut bukan atas permintaan dari KPI melainkan tindakan yang dilakukan stasiun TV-nya.

“Ini bukan kerjaan KPI. Kaget juga Shizuka pake bikini disensor (diblur), bukan KPI,” tegasnya.

Agung juga mengimbau kepada para pelaku industri penyiaran televisi agar tidak menyensor film kartun anak secara berlebihan agar siapaun bisa menikmati tayangannya secara utuh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan