Sampai 90 Persen, Harga Cabai Tanjung dan Rawit Anjlok

SOREANG – Harga cabai di kalangan petani merosot tajam beberapa pekan terakhir. Harga cabai rawit merah yang semula fantastis, kini turun hingga mencapai 90 persen.

Bahkan, harga cabai tanjung dari petani yang semula Rp2.500 perkilogram dan harga cabe rawit pun ikut mengalami penurunan hingga Rp15 ribu per kilogram. Adapun, penyebab anjloknya harga cabe ini dipicu karena muncul pasokan cabe dari wilayah lain.

Salah satu petani cabe di wilayah Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Yana 50, mengatakan, selama dua pekan ini, harga cabe anjlok, satu bulan sebelumnya para petani menjual harga cabe Rp20 ribu hingga Rp40 ribu rupiah, namun saat ini harga cabe Rp 2.500 per kilogramnya.

Menurutnya, pada bulan ramadhan, harga cabe rawit merah mencapai Rp120 ribu, namun sekarang turun drastis hingga Rp12 ribu hingga Rp15 ribu per kilogramnya. Sedangkan harga cabai tanjung turun 97 persen, yang semula Rp80 ribu, kini harganya Rp2.500 per kilogram.

“Penurunan harga ini dikarenakan stok cabai melimpah, sedangkan pembeli menurun, akibatnya para petani cabai rugi dengan harga saat ini, pasalnya antara pengeluaran dan penghasilan tidak berimbang,” ungkap Yana saat diwawancara, Selasa (31/8).

Dikatakan Yana, adanya penurunan harga saat ini, dirinya akan menanam kentang dan bawang merah, namun dengan tumpang sari cabai rawit dan cabai tanjung.

“Saat akan datang musim hujan, kita akan tanam bawang, kentang, dan tumpang sari dengan cabai rawit dan cabai keriting. Hal ini dilakukan agar mendapatkan penghasilan lebih dari modal utama,” kata Yana.

Sementara itu di lokasi berbeda, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umbara membenarkan, anjloknya harga cabai rawit dan cabai tanjung.

Menurut pantauan, lanjut Tisna, sebelumnya harga cabai tanjung mencapai Rp20 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram. Namun, beberapa hari lalu harga cabe anjlok hingga Rp.9000 ribu per kilogram di setiap pasar.

“Saya sudah menanyakan kepada penjual, kenapa harganya bisa anjlok hingga Rp9.000, mereka mengaku daya beli masyarakat melemah, namun stok melimpah karena ada pasokan dari wilayah lain, yaitu dari Jawa Tengah dan Berebes masuk ke pasar kita,” ungkap Tisna.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan