Ia menjelaskan hampir 70 persen pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bogor ini berasal dari sektor jasa, sehingga mau tidak mau, dan juga ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kota Bogor membangun satu konsep sebagai kota dan jasa wisata, yang bisa menarik berbagai kunjungan dari masyarakat, baik domestik maupun internasional masuk ke “Kota Hujan” ini.
Untuk bisa mendapatkan pelayanan “hospitality”-nya, kata dia, ada enam kecamatan, di mana memiliki banyak karakteristik yang berbeda-b,eda.
Contohnya, untuk kawasan Bogor selatan dengan agrikulturnya, yakni pertanian dan perkebunan. Kemudian di pusat kota, yakni Bogor Tengah dan Bogor Timur itu lebih kepada kultur, yakni tradisi maupun budaya.
Sementara di kecamatan lain juga unggul di alamnya seperti di Bogor Barat ada Danau Situ Gede dan Bogor “forest park”.
“Saya kira, karakteristik dan potensi ini bisa kita padukan bahwa dengan konsep wisata halal, orang ketika mau datang ke Bogor dia mengatakan saya aman, nyaman, sehat dan bersih,” kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM)-IPB dan Presiden BEM se-Jabodetabek 2001-2002 itu.
Ia menambahkan semua yang ada itu, yakni karakteristik dan potensi yang ada bisa diintegrasikan untuk mengelola satu wilayah “disulap” menjadi wilayah yang menarik.
“Itu perlu kapital besar barangkali iya, tapi untuk menjadikan tempat wisata itu nyaman, sehat, bersih dan aman tentu harus dibuat satu wilayah atau daerah yang memang ramah terhadap wisatawan,” demikian Atang Trisnanto. (antaranews)