Kalau Akan Hidup Berdamai dengan Covid, Harga PCR Harusnya Lebih Murah

JAKARTA – Pemerintah saat ini sedang membuat strategi terkait hidup bersama Covid-19 dan bukan lagi fokus pada penanganan pandemi. Sebab, dalam beberapa tahun kedepan pandemi pun akan berangsur berubah menjadi endemi.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, untuk menjalani hidup bersama Covid-19 perlu turun tangan dari pemerintah langsung kepada sektor-sektor terdampak dalam jangka panjang.

“Sarannya memang pemerintah perlu berikan subsidi ke sektor pariwisata yang terdampak dalam jangka panjang,” ujarnya saat dihubungi oleh JawaPos.com, Rabu (25/8).

Selama menjalani hidup bersama Covid-19 yang saat ini masih berstatus pandemi, masyarakat juga masih dibebankan oleh persyaratan dalam menjalankan aktivitasnya. Misalnya syarat perjalanan jauh.

Seperti diketahui, tes PCR atau antigen masih menjadi syarat perjalanan jauh yang berlaku hingga saat ini. Bhima mengatakan, jika syarat PCR ini bakal menjadi protokol kesehatan saat ‘Hidup Bersama Pandemi’, maka harusnya tarifnya bisa disubsidi pemerintah.

“Contohnya tes PCR meski sudah diturunkan dan diberi potongan harga oleh salah satu maskapai harganya masih diatas Rp 250 ribu. Kalau PCRnya bisa jadi Rp 80 ribu kan akan meringankan beban penumpang juga,” ungkapnya.

Bhima menekankan, sektor yang membutuhkan syarat ketat agar bisa bergerak harus didukung dengan berbagai stimulus pemerintah. Sebab, bentuk dari pemulihan ekonomi jangka menengah seperti huruf K shaped.

Menurutnya, sektor usaha yang tumbuhnya tinggi, bisa dikenakan pajak lebih dan dananya dialokasikan khusus membantu sektor yang terdampak seperti transportasi.

“Ada sektor yang cepat pulih, ada juga yang lambat sekali karena tambahan-tambahan biaya seperti PCR itu contohnya. Maka solusinya adalah subsidi silang,” pungkasnya. (jawapos.com)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan