JAKARTA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Utara menyebutkan harga kelapa sawit sedang berada di angka tertinggi.
Ketua Apkasindo Aceh Utara Kastabuna mengatakan harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat agen pengepul di daerah itu mencapai Rp 1.900 per kilogram.
“Kondisi tersebut sangat menguntungkan petani,” kata Kastabuna, di Lhokseumawe, Jumat (20/8).
Dia membeberkan saat ini harga TBS di pabrik kelapa sawit (PKS) di kisaran Rp 2.100 hingga Rp 2.270 per kilogram. Di Aceh Utara ada dua PKS menampung hasil TBS petani lokal yakni PTPN I dan PT Ika Bina Argo Wisesa (IBAS),
“Kalau PT IBAS harganya lebih mahal karena PTPN I memiliki kebun sendiri. Untuk harganya, PTPN I menampung harga TBS kelapa sawit Rp 2.105 per kilogram. Sedangkan PT IBAS mencapai Rp 2.270 per kilogram,” kata Kastabuna.
Namun, kata Kastabuna harga TBS kelapa sawit di Aceh Utara kalah dengan harga TBS di Riau yang mencapai Rp 2.500 per kilogram.
“Kalau di Riau sarana dan prasarananya memadai dan PKS juga banyak, sehingga terjadi persaingan yang mengakibatkan harga juga ikut naik,” kata Kastabuna.
Menurut Kastabuna, tingginya harga TBS kelapa sawit saat ini karena dipengaruhi naiknya harga CPO atau minyak sawit mentah selama pandemi COVID-19.
Hal ini terjadi karena tingginya permintaan CPO dari luar negeri dan ditambah dengan meningkatnya kebutuhan dalam negeri.
“Harga CPO saat ini mencapai Rp 12.510 per kilogram. Sedangkan sebelum pandemi COVID-19 harga tertinggi CPO hanya pada kisaran Rp 9.000 per kilogram,” kata Kastabuna.
Kastabuna menambahkan perkebunan kelapa sawit milik petani di Aceh Utara mencapai 18 ribu hektare. Dan yang perlu diremajakan sekitar 8.000 hektare. Sedangkan peremajaan sudah dilakukan terhadap 4.000 hektare.
Adapun kecamatan di Aceh Utara yang menjadi sentral produksi kelapa sawit yakni Kecamatan Langkahan, Baktya, Simpang Keramat, Geureudong Pase, Cot Girek, Lhoksukon, Nisam, Kuta Makmur, Sawang dan Meurah Mulia.
“Rata-rata produksi kelapa sawit di Aceh Utara sekitar 300 ribu ton per tahun. Untuk lahan produktif sekitar 220 ribu ton per tahun dan lahan tidak produktif sekitar 80 ribu ton per tahun,” kata Kastabuna.