Ini Obat Covid-19 yang Dipakai Singapura

SINGAPURA – Singapura sejauh ini melaporkan 36 kematian akibat Covid-19 berdasarkan data Worldometers. Angka tersebut terbilang kecil, dibandingkan kasus kematian karena penyakit yang sama di negara lain. Salah satu faktornya adalah, obat Covid-19 yang dipakai di Singapura.

Pencegahan dengan vaksinasi dan protokol kesehatan saja sebenarnya masih belum cukup untuk menangani Covid-19.

Oleh karena itu, para ahli penyakit menular, percaya bahwa perawatan Covid-19 yang efektif masih diperlukan untuk pasien.  Pengobatan yang tepat akan membantu pasien segera sembuh.

“Pengobatan Covid-19 sangat penting karena vaksin tidak 100 persen,” kata ahli penyakit menular dari National University of Singapore (NUS) Yong Loo Lin School of Medicine, Profesor Dale Fisher.

Ada beberapa kategori pasien Covid-19. Yakni tanpa gejala, ringan, sedang dan berat. Tentu masing-masing penanganannya berbeda.

Uji coba terbesar yang melibatkan lebih dari 12.000 pasien, sedang dilakukan di Universitas Oxford. Sejak Maret 2020, uji coba pemulihan telah mempelajari beberapa obat untuk kemanjurannya dalam mengobati pasien Covid-19.

Beberapa obat terbukti tidak efektif, seperti obat antimalaria hydroxychloroquine, yang dipromosikan sebagai pengobatan potensial oleh mantan presiden AS Donald Trump.

Namun, obat lain seperti steroid deksametason dan obat radang sendi tocilizumab efektif dalam mengobati pasien, dan telah menyelamatkan nyawa.

 

Obat Covid-19 di Singapura

Di Singapura, Otoritas Ilmu Kesehatan memberikan otorisasi sementara untuk obat antibodi sotrovimab. Pengembang obat ini adalah perusahaan farmasi GlaxoSmithKline dan perusahaan imunologi Vir Biotechnology.

Tenaga kesehatan menggunakan obat ini untuk merawat pasien berusia 18 tahun ke atas dengan Covid-19 ringan atau sedang.

Pasien-pasien tersebut tidak memerlukan oksigen tambahan. Tetapi berisiko mengalami gejala yang lebih parah.

Kementerian Kesehatan mengatakan obat itu akan tersedia di institusi perawatan kesehatan pada September.

Obat ini berdasarkan pada antibodi monoklonal, yang merupakan protein buatan laboratorium yang meniru kemampuan sistem kekebalan untuk menangkal antigen berbahaya seperti virus.

Singapura juga sedang mempertimbangkan pengobatan antibodi monoklonal lain oleh Regeneron Pharmaceutical, Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) mengatakan kepada The Straits Times pekan lalu.

Tinggalkan Balasan