Gold Medal diraih oleh siswi kelas X, yaitu Tasya Mulia Hasan dan Vitania Untari dalam bidang Social Sciences.
Silver Medal dikontribusikan oleh Armelyza Alder Rustam dan Klinka Fayruz Chalisa dalam bidang Physics and Engineering.
INTOC Global merupakan ajang kompetisi science project tingkat dunia yang diikuti oleh 23 tim dari 21 negara di dunia.
“Sebagai SMA dengan konsep pembauran yang berakhlak mulia dan unggul dalam prestasi, SMA Taruna Bakti senantiasa berkomitmen untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan mampu bersaing dalam kompetisi global. Semoga ini menjadi sebuah konsistensi positif demi berkarya untuk bangsa”, ungkap Asep Gunawan, Kepala Sekolah SMA Taruna Bakti.
Menurutnya, SMA Taruna Bakti yang dinaungi oleh YTB akan selalu berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan menjadikan para peserta didiknya fokus menjadi insan pembelajaran terbaik di lingkungan sekitarnya dan cinta kepada tanah air.
Untuk diketahui, SMA Taruna Bakti bernaung di Yayasan Taruna Bakti yang merupakan sekolah pembauran yang sudah berdiri resmi sejak 1 Agustus 1960.
Sejak berdirinya, SMA Taruna Bakti tetap konsisten dengan misi pembaurannya, yakni mendidik dan melatih siswa khususnya dan masyarakat umumnya, tentang kerukunan hidup bermasyarakat dalam keberbedaan, baik agama, sosial-ekonomi maupun suku bangsa, serta menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Sedangkan, Yayasan Taruna Bakti (YTB) didirikan pada tahun 1956. Yayasan ini menyelenggarakan kegiatan bidang pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, dengan nama yang dikenal seperti KB & TK Taruna Bakti, SD Taruna Bakti, SMP Taruna Bakti, SMA Taruna Bakti dan Akademi Sekretaris dan Manajemen Taruna Bakti (ASMTB).
Tujuan berdirinya YTB, yaitu membantu negara dalam bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa, dengan mengutamakan pelaksanaan ide pembauran. Ide ini dipahami, diyakini, dan dipraktikkan dalam sikap dan pergaulan sehari-hari oleh seluruh insan YTB (pembina, pengurus, pengawas, guru/dosen, karyawan, orang tua peserta didik, dan para peserta didik).
“Kami tidak membeda-bedakan dan memberikan perlakuan yang sama kepada semua orang dengan latar belakang yang beragam, baik suku, etnis, bangsa, kepercayaan, agama, maupun sosial-ekonomi. YTB menerima dan menghormati adanya perbedaan pendapat, perbedaan dalam kepercayaan, juga perbedaan dalam agama dan hal ini telah diakui oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai sekolah yang melaksanakan dan mengamalkan ide pembauran terbaik di seluruh Indonesia,” pungkas Ibramsyah Amir. (*)