JAKARTA– AM Hendropriyono dituding melobi Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menantunya Jenderal Andika Perkasa bisa menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan habis masa bhaktinya.
Isu tersebut langsung dibantah Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut. Menurutnya, dia tak pernah bicara soal jabatan dengan Presiden Jokowi.
“Saya tidak pernah begitu hina mau nyosor meminta-minta jabatan. Tidak untuk menantu, anak, apalagi untuk saya sendiri. Tidak pernah,” tegas Hendropriyono dalam keterangannya, Senin (14/06).
Hendropriyono kemudian mengklarifikasi terkait adanya pemberitaan di salah satu media massa.
Dia membantah melobi Jokowi agar menantunya yang kini menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) bisa jadi Panglima TNI.
Tempo mengambil sumber katanya dari 3 orang purnawirawan. Kredibilitasnya mereka apa? Kenapa tidak cross check kepada Pak Jokowi atau pihak Istana yang jelas kredibel, menyangkut pertemuan saya tersebut? Tidak perlu harus ngarang berita dan ngarang-ngarang sumber, jika pers tersebut memang terpandang dan profesional,” ujarnya.
“Kalau mau mencuri perhatian publik untuk meningkatkan rate, jangan menyalahgunakan hak kebebasan pers. Melepas hoax seperti itu merupakan bentuk manipulasi terhadap hak-hak pers, untuk membunuh karakter seseorang atau membuat orang jadi mati perdata,” sambung Hendro.
Hendropriyono menyatakan alasannya tidak menggunakan hak jawab ke sumber berita tersebut. Menurutnya percuma saja karena akan ditenggelamkan oleh hingar bingar suara hoax yang terlebih dahulu sudah menyebar di publik.
“Melayani dengan berpolemik di manapun, punya implikasi menaikkan rate majalah atau portal medianya, yang berarti membantu Tempo mencapai tujuan,” ujarnya.
“Media yang terpandang selalu memverifikasi kepada Dewan Pers, sehingga tidak liar dan jadi kontra produktif, karena merusak nama baik Tempo sendiri,” pungkasnya. (msn/fajar/fin)