BANDUNG – Lembaga Survei Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) merilis hasil survei di 9 kabupaten/kota di Jawa Barat soal Toleransi dan Radikalisme. Hasilnya, Masyarakat Jawa Barat mempunyai sikap toleransi yang sangat tinggi dan tidak mendukung lahirnya radikalisme.
“Yang kami dapatkan, ternyata masyarakat Jawa Barat itu memiliki sikap toleransi yang memadai. Ditunjukkan dengan sikap mereka mau berteman, mau bersahabat, mau bermusyawarah, jual beli dan dialog dengan pemeluk agama lainnya,” ujar Direktur Operasional dan Data Strategis IPRC Idil Akbar seusai acara “Toleransi dan Radikalisme di Jawa Barat: Ekspos Survei di 9 Kabupaten/Kota se-Jabar”, di Hotel Aston Pasteur, Rabu(9/6).
Sampel dalam survei ini berjumlah 400 orang. Metode penarikan sampel melalui multistage random sampling. Dengan response rate sebanyak 396 responden dan Margin of error rata-rata sebesar ± 5% pada tingkat kepercayaan 95%.
Beberapa tolak ukur yang menjadi acuan pengambilan kesimpulan IPRC di antaranya, hubungan sosial, hubungan keagamaan dan nilai sosial.
Untuk indikator hubungan sosial, lembaga survei tersebut mendapati persentase 83,1 % atas pertanyaan kesediaan berteman dengan agama lain. Hubungan keagamaan seperti penyelenggaraan acara keagamaan di sekitar lingkungan tempat tinggal memperoleh 84,8 % dan 92,5 % atas pertanyaan bergaul dan menghormati ajaran agama orang lain.
“Dari survei yang kami lakukan setidaknya ada dua temuan penting. Pertama, masyarakat Jawa Barat itu memiliki sikap toleran yang sangat tinggi dalam konteks hubungan dan interaksi sosial antar penganut agama. Kedua, yakni hal-hal yang menyangkut radikalisme, masyarakat Jawa Barat sebetulnya memiliki sikap yang cukup kuat dalam menolak semua bentuk radikalisme dan kekerasan atas nama agama,” ujar Idil.
Survei IPRC ini dilakukan di 9 kabupaten/kota di Jawa Barat, yakni Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Tasik, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Garut, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Cirebon. (mg1)