Selain database, untuk memajukan seni budaya juga diperlukan pengakuan (apresiasi) dan regenerasi, lanjut Sahrul, karena selama ini banyak generasi muda justru tidak mengenal tradisi dan seni budaya di wilayahnya.
Di situlah pentingnya ada database untuk melakukan pembinaan dan kalaupun ada bantuan untuk para seniman dan budayawan itu akan tepat sasaran.
Sehingga, kata Sahrul, kedepan memang harus dibuat penanggung jawab di masing-masing kecamatan. Dirinya juga memberanikan diri memberi ide untuk diadakannya lomba-lomba yang berkaitan dengan seni budaya di tingkat kecamatan.
“Misalnya kayak lomba menulis hikayat atau cerita dari masing-masing daerah, terus juga mendata apa sih yang menjadi ciri khas di daerah-daerah itu termasuk peninggalan-peninggalan sejarah yang ada, atau kalau nggak ada bisa juga memasukan kuliner-kuliner khas daerahnya,” paparnya.
“Itu semua jangan lagi terpisah-pisah, harus menjadi satu kesatuan sebagai jati diri daerah dari segi budaya,” sambungnya.
Dari semua data yang ada, ia berharap nantinya bisa ditarik kesimpulan mana yang bisa dijadikan jargon untuk Kabupaten Bandung.
Sehingga nantinya budaya dari Kabupaten Bandung memiliki identitas yang jelas.
“Jadi nanti orang-orang tahu, kalau makanan atau kesenian itu dari Kabupaten Bandung, misalnya,” ujarnya.
Ke depan, ia juga berencana untuk membuat sebuah festival atau pertunjukan yang menampilkan seluruh kekayaan khas dari tiap kecamatan agar masyarakat bisa saling mengenal seni budaya yang ada di Kabupaten Bandung.
“Nanti mungkin kita bisa memanfaatkan sarana yang ada untuk dibuat sejenis pameran, ada kesenkannya, ada hasil karya daerah yang dipajang di situ, dan lain sebagainya, tinggal tugas kita mendatangkan audience-nya, itu mungkin salah satu upaya untuk memajukan seni budaya di Kabupaten Bandung,” pungkasnya. (yul)