DEPOK – Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) menolak wacana terkait hari tanpa konsumsi tembakau yang didengungkan oleh sekelompok pihak.
Ketua DKR Kota Depok, Roy Pangharapan bahkan menilai narasi yang dibangun oleh kelompok pendukung wacana tanpa tembakau di momen peringatan Hari Tanpa Sedunia yang jatuh pada 31 Mei itu sangat tendensius.
“Mengapa saya katakan demikian, karena negara ini percaya atau tidak dihidupi oleh industri pertembakauan juga. Kalau mau jujur, cukai hasil tembakau (CHT) memberikan kontribusi besar terhadap pemasukan negara, bahkan angkanya mencapai ratusan triliun,” kata Roy saat diwawancara Jabar Ekspres, Senin (31/5).
Dikatakan, keberadaan industri tembakau atau rokok selain memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara melalui cukai, juga membantu perekonomian petani tembakau di tanah air.
“Kalau seandainya wacana tolak tembakau ini berhasil dimenangkan oleh mereka (penentang tembakau), maka sulit untuk membayangkan bagaimana nasib petani tembakau. Siapa yang akan menanggung biaya hidup mereka,” tukasnya.
Roy mengakui bahwa komoditas tembakau berkontribusi terhadap degradasi kesehatan akibat tingginya pengonsumsi rokok di Indonesia.
“Itu sudah bukan rahasia umum lagi ya. Bahwa banyak generasi muda saat ini mengalami kecanduan dalam mengonsumsi rokok dan itu berdampak terhadap kesehatan mereka,” paparnya.
Namun, menurut dia, bukan juga solusi bahwa pemerintah harus membumihanguskan industri pertembakauan di tanah air dengan dalih menurunnya kesehatan akibat tingginya konsumen tembakau.
“Yang benar itu, uang dari hasil cukai tembakau yang jumlahnya mencapai ratusan triliun itu dimanfaatkan untuk menangani dampak konsumsi tembakau,” urai Roy.
Untuk itu, pihaknya melawan keras pihak-pihak yang mengkampanyekan penolakan tembakau di Indonesia.
“Kami tidak setuju terhadap mereka yang menolak tembakau di Indonesia. Kami siap melawan,” pungkasnya. (Mg12/hrs)