Gejala tersebut juga kata dia, termasuk imbas dari gencarnya fenomena rasionalisasi instrumental, atau dalam istilah ilmuwan sosial disebut sebagai gejala birokratisasi. Dalam dunia kesehatan, tandas dia, birokratisasi kesehatan menjadikan urusan administrasi menempati urutan pertama daripada urusan pelayanan medis.
“Ketika urusan pelayanan kesehatan terbirokratisasi, maka yang terjadi adalah keselamatan pasien bukan lagi menjadi hal prioritas. Sebab yang diutamakan adalah perkara administrasinya,” ujar Ikhwan.
Dengan demikian, kata dia, hubungan yang terbangun antara pelayan (petugas medis) dengan pasien berubah dari yang tadinya hubungan emosional dan humanis menjadi hubungan komoditas (hubungan antar benda).
“Ini yang patut kita khawatirkan dalam semangat pelayanan kesehatan, tidak hanya di Depok saja, melainkan di seluruh tempat. Bahwa sistem pelayanan perlahan mulai bergeser dari yang tadinya dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan terjangkau bagi masyarakat, berubah menjadi komoditisasi (memburu keuntungan) yang sarat akan perlakuan nonhumanis (tidak manusiawi),” tandasnya. (Mg12/hrs)