JAKARTA– Keluarga besar Muhammadiyah menuntut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin langtaran menyebut Ketua PP Muhammadiyah Busro Muqoddas berotak sungsang.
Pernyataan Ngabalin itu sontak membuat kader-kader Muhamadiyah murka. Bahkan secara tegas kader Muhammadiyah Suwandari Danu dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik, Pengurus Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (LHKP PWM DIY), menyebut Ngabalin Tuna Adab. (Tidak tahu adab)
Dia meminta agar mengklarifikasi dan meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya tersebut.
Baca Juga:BREAKING NEWS: Nias Diguncang Gempa 7,2 MagnitudoBeda Sendiri, Islam Aboge Baru Salat Idulfitri Hari Ini
“Kami menuntut Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin untuk mengklarifikasi dan menyampaikan maaf secara terbuka,” tegas Danu dalam siaran pressnya kepada Fin.co.id (grup Jabarekspres.com), Jumat, (14/5)
Dia menilai, pernyataan Ngabalin sangat mencederai kredibilitas Bapak Busyro Muqoddas selaku Pimpinan Muhammadiyah maupun kepada Keluarga Besar Muhammadiyah terusik dan gerah.
Suwandi juga meminta Presiden Jokowi agar mengontrol KSP agar tidak mengeluarkan pernyataan yang menyinggung publik.
“Presiden harus mampu mengontrol KSP agar lebih beradab, sebagai representasi lembaga maupun lingkar dekat presiden,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto menilai, pernyataan Ngabalin tercela dan tidak punya adab.
“Mengatakan berotak sungsang itu sudah sangat mencela dan tidak beradab menurut saya,” kata Sunanto kepada wartawan, Jumat (14/5).
Sikap Ngabalin yang menyerang siapa saja yang mengkritik pemerintah, justru akan merusak citra Jokowi sendiri yang nyatakan terbuka menerima kritik.
Baca Juga:Bombardir Palestina, Israel Digugat ke Pengadilan InternasionalKampung Toleransi di Kota Bandung, Antar Umat Beragama Saling Berbagi
“Kalau saya begini, kan prinsipnya begini bahwa di bangsa ini mengkritik boleh dengan alasan alasan yang kuat kan, tapi membalas kritik dengan mencerca yang saya kira tidak boleh dan itu merusak ritme bernegara,” kata Sunanto.
“Orang kalau nunjuk orang berotak sungsang itu sebenarnya dirinya yang sungsang, otaknya yang sungsang, kalau menunjuk orang otaknya sungsang berarti dirinya, karena kalau menunjuk orang itu, menunjuk berarti 4 jarinya ke diri kita, itu sebenarnya dirinya lagi ngomong bahwa otaknya lagi sungsang itu maksud saya,” sambungnya.
