JAKARTA – Pakar telekomunikasi menilai positif rencana pembangunan Bukit Algoritma. Namun, menurutnya, perlu ada ekosistem digital yang kuat untuk kawasan teknologi seperti itu.
Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung, Mohammad Ridwan Effendi melihat Bukit Algoritma sebagai ide yang baik untuk menyatukan tempat riset teknologi seperti di Silicon Valley.
“Tentu butuh koordinasi yang lebih baik lagi untuk membangun ekosistem riset dan industri. Butuh ekosistem yang terencana lebih baik,” kata Ridwan dalam webinar tentang teknologi, Selasa (21/4).
Ia menilai wacana untuk membangun “techno park” seperti Bukit Algoritma sebenarnya sudah bergulir cukup lama. Di Bandung, Jawa Barat, sudah ada lokasi untuk perusahaan rintisan bernama Bandung Digital Valley yang digagas Telkom Indonesia.
Ridwan menyebut, kampus ITB juga akan segera memiliki lokasi serupa.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi berpendapat kawasan teknologi serupa Silicon Valley secara tidak langsung sudah ada di Indonesia, seperti kota Bandung (Jawa Barat), Yogyakarta dan area Slipi (Jakarta Barat), tempat pusat riset dan perusahaan teknologi berkantor.
Heru melihat dari tataran ide, rencana membangun Bukit Algoritma adalah hal yang baik, namun, kawasan teknologi tersebut akan sangat memerlukan ekosistem teknologi digital.
“Silicon Valley pun butuh waktu yang lama hingga menjadi seperti sekarang,” kata Heru.
Ekosistem itu termasuk ketersediaan infrastruktur, listrik, pusat data (data center), lokasi komputasi awan (cloud computing) dan sistem pemulihan data.
Ia menilai, Silicon Valley memiliki ekosistem yang terdiri dari industri, akademisi dan dukungan pemerintah.
“Keberhasilan itu, bagaimana mereka menyiapkan ekosistem, akademisi dan kolaborasi dengan industri,” kata Heru.
Kawasan khusus pengembangan teknologi dan industri di Indonesia rencananya berada di Sukabumi, Jawa Barat, bernama Bukit Algoritma. Harapannya, kawasan ini bisa menjadi seperti Silicon Valley di California, Amerika Serikat. (antaranews)