TENTANG sedekah tathawwu’ (sukarela) dan membelanjakan harta pada jalan-jalan kebajikan dan kebaikan untuk mencari keridhaan Allah dan mengumpulkan pahala-Nya, maka keutamaan perkara ini banyak diterangkan di dalam beberapa firman Allah dan hadits Rasul-Nya, yang jika hendak dihitung, niscaya akan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dalam hal ini beberapa firman dan hadits disebutkan.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Allah Swt. telah berfirman, “Hai anak Adam berinfaklah, niscaya Aku akan memberi nafkah (memberi gantinya) kepadamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah Swt. telah berfirman, “Infakkanlah hartamu di jalan keridhaan Allah, niscaya Aku akan menggantikannya. Makna hadits di atas sama dengan pengertian yang terkandung dalam firman-Nya, “Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah, 2:245).
Dalam firman-Nya yang menyatakan, “Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya.” (QS. al-Baqarah, 2:272).
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidaklah seorang hamba bersedekah dari harta yang baik yang dia miliki, karena Allah Swt. tidak menerima kecuali yang baik-baik, melainkan Allah Swt. akan menyambutnya langsung dengan tangan kanan-Nya. Jika sedekahnya itu berupa sebutir kurma, misalnya, maka ia akan tumbuh subur di telapak tangan-Nya sampai menjadi lebih besar dari gunung. Perumpamaannya adalah seperti jika sang hamba tersebut memelihara anak sapi atau unta (yang tentu setiap waktu semakin bertambah besar).” (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang lain beliau bersabda, “Ada empat macam orang yang pahalanya terus mengalir sesudah mereka mati, yaitu: seseorang yang mati dalam keadaan murabith (bertugas) di jalan Allah; seseorang yang mengajarkan ilmu, dialirkan kepadanya pahala ilmunya yang diamalkan oleh orang lain; seseorang yang bersedekah, pahalanya dialirkan kepadanya selagi sedekahnya itu masih ada; dan seseorang yang meninggalkan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Imam Thabrani melalui Abu Umamah).