JAKARTA – Rizieq Shihab dinilai bisa dijerat tindak pidana baru lantaran mempersulit persidangan saat digelar secara online. Rizieq dan kuasa hukumnya Munarman juga beberapa kali merendahkan martabat peradilan.
Rizieq dan para kuasa hukum sempat walk out dari persidangan. Mereka menolak sidang secara online. Dalam sidang lainnya, Munarman sempat membentak jaksa penuntut umum.
Pakar hukum Petrus Selestinus menilai perbuatan Rizieq dan kuasa hukum selama persidangan telah merendahkan martabat peradilan.
“Bisa terancam pasal pidana baru,” kata Petrus kepada wartawan, Kamis (25/3).
Majelis hakim melaksanakan sidang secara offline untuk menghindari kerumunan massa pendukung Rizieq Shihab di sekitar gedung Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Setelah beberapa kali persidangan, majelis hakim mengabulkan keinginan Rizieq untuk mengikuti sidang secara langsung.
Petrus menduga, keinginan Rizieq mengikuti sidang secara langsung bagian dari strategi mengumpulkan massa dan menggalang kekuatan.
Menurutnya, massa pendukung Rizieq akan semakin berduyun-duyun ke Pengadilan Jakarta Timur pada sidang selanjutnya.
“Saat sidang online saja mereka datang berkerumun. Ini menjadi manuver politik, bukan pada soal menonton sidang tetapi bagian dari konsolidasi membangun soliditas kelompok,” ujar Petrus.
Untuk menghindari kerumunan, Petrus menyarankan polisi agar membatasi pendukung Rizieq dari luar kota datang ke Jakarta.
Andai terjadi kerumunan dan kekacauan oleh massa pendukung Rizieq di sekitar pengadilan, dia meminta majelis hakim kembali melaksanakan sidang online.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan juga berpendapat tidak tertutup kemungkinan Rizieq dan kuasa hukum dijerat pidana atas ulahnya selama persidangan offline.
“Saya kira peristiwa itu perlu didalami penegak hukum,” kata Edi.
Sebenarnya, kata Edi, sidang offline sudah tepat mengingat Rizieq punya banyak pendukung. Tapi apa mau dikata, majelis hakim sudah memutuskan sidang selanjutnya digelar offline.
Ia yakin keputusan itu sudah mempertimbangkan banyak hal, termasuk kemungkinan massa datang ke pengadilan.
Menurut Edi, majelis hakim tidak akan terpengaruh desakan massa yang datang ke sekitar pengadilan.
“Saya yakin majelis hakim akan memberikan putusan yang berkeadilan,” ujar Edi.