Kontroversi Vaksin AstraZeneca di Tengah Negara-Negara Mayoritas Muslim

Adapun alasan keempat adalah adanya jaminan keamanan penggunaan dari pemerintah. Menurut alasan yang kelima, pemerintah tidak memiliki kekuasaan memilih vaksin mengingat keterbatasan vaksin baik di Indonesia maupun di tingkat global.

Diperbolehkannya penggunaan vaksin AstraZeneca itu tertuang dalam Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Vaksin COVID-19 Produksi AstraZeneca.

Guna memutus pandemi COVID-19 di Tanah Air, masyarakat pun diimbau untuk tak khawatir soal keamanannya.

Sebelumnya, sejumlah negara di dunia, termasuk yang berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, telah mengamankan pengiriman dosis vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca bagi masyarakatnya, bahkan telah menyetujui dan menggunakan vaksin tersebut.

Salah satunya adalah Bangladesh. Negara itu pada Rabu (17/3) mengatakan akan melanjutkan distribusi vaksin AstraZeneca, menurut pernyataan Menteri Kesehatan Abdul Mannan.

Bangladesh telah menginokulasi hampir 4,6 juta orang sejak gerakan vaksinasi dimulai pada Februari dengan menggunakan suntikan AstraZeneca, yang dikembangkan bersama dengan Universitas Oxford di Inggris.

Iran tengah menunggu ketibaan 4,2 juta dosis vaksin AstraZeneca, yang lebih dari tiga juta dosisnya  dibuat di Korea Selatan. Pasokan bagi Iran itu didapatkan melalui skema multilateral, COVAX, yang bertujuan untuk memasok vaksin COVID-19 ke negara-negara miskin.

Sebanyak 50.000 dosis vaksin AstraZeneca telah diterima di Mesir pada Februari untuk didistribusikan, bersamaan dengan vaksin Sinopharm yang akan diberikan pada masyarakat melalui 40 pusat vaksinasi. Masyarakat setempat yang menerima vaksin AstraZeneca diminta untuk menunggu selama 12 pekan antara dosis pertama dan dosis kedua.

Lebih lanjut, Uni Arab Emirat pada Februari telah menerima pengiriman pertama vaksin AstraZeneca yang dibuat di India, namun tidak memberikan keterangan rinci terkait berapa banyak dosis yang diterima, menurut laporan Reuters.

Meski demikian, laporan tersebut mengatakan bahwa Dubai dijadwalkan memulai vaksinasi terhadap warganya menggunakan Astrazeneca, segera setelah pengiriman vaksin tersebut tiba.

Pada Kamis (18/3), Suriah dijadwalkan menerima pengiriman vaksin COVID-19 pertama dalam beberapa pekan ke depan. Kiriman vaksin yang diperoleh melalui COVAX itu akan dapat membuka jalan bagi negara tersebut untuk memulai program inokulasi global secepatnya pada April.

Pengiriman pertama itu akan berisi satu juta dosis vaksin AstraZeneca dari Institut Serum India.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan