SUMEDANG – Tembakau sejak dulu hingga kini telah menjadi kebutuhan masyarakat.
Pasalnya, selain identik sebagai bahan utama rokok, tembakau juga dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit seperti sembelit, encok, hingga penawar racun dari gigitan reptil atau serangga.
Namun karena karena tembakau banyak digunakan sebagai bahan utama rokok, jabarekspres.com mencoba mencari tahu pengolahan tembakau kepada petani, mulai dari penanaman tumbuhannya hingga menjadi rokok.
Penelusuran jabarekspres.com tidak membutuhkan waktu lama, sebab di wilayah Kabupaten Sumedang terdapat banyak petani yang memproduksi bahan utama rokok tersebut.
Pada Rabu, (17/3), jabarekspres.com mendatangi salah satu petani yang berada di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Jabarekspres.com bertemu dengan petani bernama Cucu Supriatna (38). Ia telah lama menggeluti profesi sebagai petani tembakau di Desa Jatiroke.
Saat mencoba bertanya terkait cara pengolahan tembakau hingga siap menjadi rokok, jabarekspres.com dibuat terkejut. Pasalnya tanaman bakau di Desa Jatiroke tak lagi sebanyak dulu. Pohon tembakau yang dulu dapat mencapai puluhan ribu tanaman, kini bahkan tak mencapai sepuluh ribu pohon.
“Dulu karena pesanan dari mana-mana, di sini (Jatiroke) pohon bako (tembakau) banyak ditanem. Karena emang pesenan banyak,” kata Supriatna saat diwawancarai di kebun tembakaunya pada Rabu, (17/3).
Di bawah panas terik matahari, Supriatna mengatakan bahwa dulu, ia bersama petani lain sampai menyewa lahan di dari luar Desa Jatiroke dan membeli panen tumbuhan tembakau di luar kota untuk memenuhi pesanan.
“Dulu mah sempet, nyewa lahan di luar (Jatiroke) buat ditanemin bako (ditanam pohon tembakau). Malahan kita sampe beli panen dari petani di Cicalengka, Ujungberung (Kabupaten Bandung),” ujarnya.
Hal itu Supriatna lakukan karena pesanan dari luar yang sangat banyak. Sebab katanya, rasa tembakau di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor memiliki khas dan berbeda dari rasa tembakau di daerah lain.
“Soalnya pengolahan di sini beda, jadi rasanya juga beda, lebih kerasa. Makanya saya sama petani lain beli panen dari luar tapi diolah sama kita sendiri,” ucapnya.