Selain peternakan, kata Gin Gin, jenis bidang lain seperti perikanan, perkebunan atau hortikultura tanaman pangan bisa ikut serta dalam program petani milenial.
Ia juga turut menanggapi keberadaan program tersebut yang dinilainya mampu menumbuhkan minat bertani bagi kaum muda.
“Saya pikir ini bagus untuk membuka, termasuk minat petani bahwa selama ini mempersepsikan salah satu kendala di perkotaan itu sedikitnya yang bergerak di pertanian khususnya kaum muda sebagai langkah untuk menjaring kaum muda ini agar mau di pertanian. Karena pertanian ini bidang yang penting dan pokok agar muncul petani muda,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap, keberadaan Petani Milenial mampu mendorong Kota Bandung untuk memperkuat sektor pertanian.
“Karena Bandung ini kalau bicara pertanian, pertanian kreatif. Seperti petani kopi, wilayah kerjanya di luar Kota Bandung tapi dia punya home industrynya atau factorynya (pabrik) di Kota Bandung. Jadi banyak yang seperti itu, banyak yang main di kemasan, iklannya, pemasarannya dan peluangnya besar Kota Bandung,” ungkap Gin Gin.
Adapun kawasan Kota Bandung yang memiliki potensi untuk dijadikan lahan pertanian, kata Gin Gin, masih terpusat di kawasan Bandung Timur. Pasalnya, di kawasan tersebut masih banyak lahan terbuka hijau.
“Lahan pertanian kita masih terpusat di Bandung Timur. Karena kan Bandung Timur memiliki perluasan yang dulunya masih termasuk kabupaten dan masih banyak bukaan dan masih hijau. Kaya di kota bandung sekarang ada sawah abadi yang terpusat di Cibiru dan Ujung berung. Kita punya sekitar 22 hektar, itu di dua kecamatan itu. Jadi Bandung Timur masih mendominasi lahan pertanian terbuka,” tandasnya. (ayu)