BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) turut mendukung program Petani Milenial yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Beberapa kelompok tani di Kota Bandung sudah menerima surat rekomendasi untuk mengikuti program tersebut.
Menurut Kepala Dispangtan Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, para petani baik dalam kelompok maupun perseorangan harus mengantongi rekomendasi terlebih dahulu.
“Kita menjadi salah satu dinas yang memberikan rekomendasi kepada petani kelompok atau perseorangan yang tadi ingin mendaftarkan diri atau terlibat mengikuti program itu harus ada rekomendasi dari Dinas Pangan dan Pertanian. Jadi kita sebatas memberikan rekomendasi bahwa betul kelompok itu menjadi kelompok petani milenial,” ungkapnya saat dihubungi Jabar Ekspres, Senin (1/3).
Ia menambahkan, sejauh ini dirinya telah mengeluarkan rekomendasi untuk tiga kelompok tani yang sudah memenuhi persyaratan.
“Yang saya langsung kemarin memberikan rekomendasi mungkin juga bertambah ada 3 kelompok yang meminta rekomendasi atau semacam surat pengantar sebagai unsur petani milenial,” tambahnya.
Adapun persyaratan yang dijelaskan Gin Gin, meliputi bukti petani sebagai penduduk Kota Bandung, merupakan bagian dari kelompok atau komunitas tani, serta memiliki legalitas berupa SK.
“Secara legalisasi kalau dia kelompok ada legalitasi SK pengangkatan atau pembentukan kelompok tani. Nah, kita memastikan itu kemudian wilayah kerja dia punya. Kalau itu terpenuhi kita memberikan rekomendasi bahwa dia betul kelompok petani yang ada di Kota Bandung,” jelasnya.
Salah satu sektor yang telah diberikan rekomendasi yakni peternakan yang ada di kawasan Bandung Timur. “Sektor ternak, jadi ada kelompok pemuda punya keahlian di bidang peternakan sapi. Di Bandung Timur, daerah Ujung Berung-Cibiru,” sambungnya.
Gin Gin membenarkan bahwa sektor utama kawasan Kota Bandung bukan berasal dari pertanian. Meski demikian, dengan bermodalkan kreatifitas, maka sektor pertanian bisa turut dihidupkan di Kota Bandung.
“Biasanya kelompok-kelompok petani muda ini tinggalnya di Kota Bandung tapi bergeraknya di luar kota. Apakah dia spesialis ekspor impor atau usahanya di luar? Selama ini memang kita juga banyak yang tidak teridentifikasi untuk aktifitas kesehariannya. Rata-rata karena milenial, mereka punya kreatifitas sendiri. Jadi bergerak sendiri,” bebernya.