LEMBANG – Banyak sektor ekonomi terpukul akibat dari pandemi Covid-19. Akan tetapi, peningkatan omzet justru diraih Kelompok Wanita Tani (KWT) Binama (Binangkit Mandiri), yang mengelola agrowisata pertanian di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
“Pandemi ini justru ada peningkatan sekitar 25 persen. Anggota yang lebih muda bisa menjual hasil pertanian secara online, jadi beberapa jenis sayuran dibikin paket gitu. Sayuran grade C yang dulu susah dijual, sekarang bisa terjual,” kata Ketua KWT Binama Ratna Junianti, Rabu (24/2).
Meski begitu, dia tak membuka secara rinci omzet yang didapatkan. Per bulan, ungkap Ratna, setiap anggota kini menghasilkan sekitar Rp1 juta, dari semula sekitar Rp700 ribu. Pendapatan itu sudah termasuk sayuran buat dimakan sehari-hari, dan tidak termasuk iuran Rp1,3 juta untuk kelompok tani.
Ratna menyebutkan, setidaknya ada 10 komoditas pertanian berupa bunga, sayuran, dan buah-buahan yang dikelola oleh KWT Binama. Di antaranya ialah selada keriting merah (lolorosa), bayam jepang (horenso), sawi jepang, cabai hias, hingga bunga rapusia.
“Semua sayuran dijual ke dalam dan luar kota, dibagi menjadi tiga grade. Grade A ke pasar modern, grade B ke pasar tradisional, dan grade C dipasarkan sendiri atau dibuat olahan seperti jus sayur atau keripik sayur. Pemasaran dilakukan oleh anggota kelompok,” katanya.
Pengelolaan agrowisata pertanian tersebut dilakukan oleh 36 anggota, yang mayoritas merupakan janda yang ditinggal wafat oleh suaminya. Mereka mengelola pertanian di lahan seluas sekitar 1 hektare, termasuk lahan anggota yang berada di pekarangan rumah masing-masing.
Kegigihan para perempuan dalam memanfaatkan lahan pekarangan tak hanya berhasil menciptakan ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan perekonomian keluarga. Tak heran, KWT Binama mendapat penghargaan sebagai Juara I dalam program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dari Kementerian Pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada tahun lalu menyempatkan diri berkunjung ke lahan pertanian KWT Binama. Syahrul memberikan nama lahan budidaya sebagai Agro Wisata Edukasi Pertanian Halimun (Halaman Indah dan Rimbun), sebagaimana yang tertera pada gapura masuk.
“KWT ini dibentuk pada 2013, dulu ada 10 anggota, 6 orang single parent. Tujuan awal kami membentuk kelompok tani memang ingin meningkatkan taraf ekonomi, karena perasaan senasib sepenanggungan. Kami rata-rata sudah berumur, single parent, dan sama-sama punya tanggungan yang berat,” katanya. (mg6)