BANDUNG – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk sekolah pada umumnya menggunakan sistem yang sama, namun ada sedikit perbedaan dengan kegiatan PJJ di Sekolah Luar Biasa Cicendo Kota Bandung.
Siswa yang terdata bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Cicendo ini terdapat dari berbagai jenjang mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Para siswa ini terdiri dari penyandang tunarungu, tunawicara, tundadrahita juga autisme.
Guru-guru di SLB Cicendo tidak hanya memberikan materi berupa slide powerpoint materi pembelajaran atau pun video teks, tetapi juga mereka memberikan video dengan animasi dan menjelaskan materi pelajaran menggunakan bahasa isyarat agar siswanya dapat paham dan mengerti materi yang diberikan.
“PJJ di SLB Cicendo saat ini sih kalau diliat progresnya sudah lebih jelas ya di bandingkan dengan awal-awal, kalau pas awal masih meraba, meskipun sudah ada pedoman dari Kementrian, tapi kan namanya Sekolah Luar Biasa ada siswa yang berkebutuhan khusus seperti tunarungu, jadi awalnya ya agak bingung berbeda dengan sekolah biasa” ujar Dewi Indriani, Ketua Reasearch Center SLB Cicendo Kota Bandung saat diwawancarai, Kamis (18/02/2021)
Terdapat perbedaan pada proses belajar jarak jauh di SLB Cicendo dengan sekolah umum, yaitu siswa di SLB belajar menggunakan video guru yang berkomunikasi dan menjelaskan materi pelajaran menggunakan bahasa isyarat.
Dewi bercerita pada awal PJJ diberlakukan, mulanya para siswa merasa kebingungan dan terdapat juga beberapa siswa yang terkendala dalam teknologi karena tidak semua siswa dan orang tua siswa yang punya handphone yang canggih dan kuota yang memadai.
Akan tetapi, dengan begitu pihak dari SLB Cicendo Kota Bandung pun memberikan kemudahan kepada siswa dan orang tua siswa berupa sosialisasi mengenai program PJJ yang dipermudah seperti tenggang waktu pengumpulan tugas, dan sesi mengikuti kelas yang bisa bergantian.
Dalam program PJJ ini juga terkadang masih terdapat beberapa orang tua siswa yang masih bingung dalam cara mengajar anak, khususnya anak yang berkebutuhan khusus oleh karena itu pihak SLB pun mengadakan program home visit ke rumah-rumah setiap siswa untuk memonitoring bagaimana progres belajar para siswa.