Koordinator Fungsi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar), Gandari Adianti A Fatimah mengatakan, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Jabar mengalami kenaikan yaitu sekitar 268,29 ribu jiwa, dari 3,92 juta jiwa (7,88 persen) pada Maret 2020 menjadi 4,19 juta jiwa (8,43 persen) pada September 2020.
“Pada september 2020, mencatat 8,43 persen dari 4,19 juta jiwa terkatagorikan masuk pada penduduk miskin di Jabar. Apabila kita bandingkan dengan kondisi maret 2020, meningkat 0,55 poin atau 268 ribu jiwa,” ucap Gandari.
Ia menyampaikan, jika melihat berdasarkan tipologi daerah antara perkotaan dan perdesaan, bahwa yang sangat terdampak oleh Covid-19 daerah perkotaan.
“Walaupun angka kemiskinan perkotaan dengan perdesaan yaitu 7,79 persen. Namun terjadi peningkatan dari pada perdesaan sebesar 0,65 poin dibandungkan maret 2020. Sedangkan perdesaan dari penduduk miskin 10,64 persen mengalami meningkatan hanya 0,36 poin,” tambahnya.
Ia menjelaskan, faktor-faktor terkait dengan kemiskinan hampir sama dengan Nasional. Bahwa yang mempengaruhi salahstunya pertumbuhan ekonomi. “Kondisi ekonomi jabar pada triwulan III tahun 2020 terhadap triwulan III 2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sekitar 4,08 persen. Angka ini jauh menurun dibandingkan pencapaian triwulan III 2019 yang tumbuh positif sebesar 5,14 persen,” jelasnya
Selain itu, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pun terkontraksi . Pada trimualan III 2020 terkontraksi sebesar 2,97 persen . Menurun dibandingkan periode tahun 2019 yang tumbuh 4,94 persen.
Nilai tukar petani pun, kata dia, mengalami penurunan sebesar 4,61 poin, dibandingkan kondisi Maret 2020. Sedangkan dibandingkan 2019 nilai tukar petani mengalami penurunan sebesar 11,45 poin.
“Laju inflasi relatif rendah, di sini Jabar tercatat selama April sampai September 2020 sebesar 0,18 persen. Namun diantara bulan-bulan sebelumnya terjadi deflasi,” katanya
Tak hanya itu, ungkap dia, pada bulan Agustus 2020 tingkat pengangguran di Jabar sebesar 10,46 persen. Terjadi kenaikan sebesar 2,42 poin dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 8,04 persen. “Jadi pertama kalinya dari tahun 2010 TPT di Jabar kembali menembus ke angka di atas 2 digit,” ungkapnya.
Terakhir, ia menuturkan, sebanyak 6,36 juta penduduk usia kerja terdampak Covid-19. Dari total penduduk usia kerja 37,51 juta orang, persentase penduduk yang terdampak sebesar 16,96 persen.
“Sebesar 0,70 juta penduduk menjadi pengangguran, 0,16 juta penduduk menjadi bukan angkatan kerja, 0,40 juta penduduk sementara tidak bekerja dan 5,10 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja,” pungkasnya. (mg1/bbs/drx)