SOREANG – Pj Sekda Kabupaten Bandung, Tisna Umaran menekankan pentingnya sosialisasi tentang penanganan sampah, atau limbah medis seperti masker bekas. Apalagi, kata Tisna, kesadaran masyarakat untuk mengelola bekas masker masih harus terus diedukasi.
“Jangankan membuang atau mengolah, cara menggunakan masker saja, masyarakat masih harus diberikan sosialisasi,” ungkap Tisna saat ditemui, di Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat (5/2).
Menurutnya, upaya penanganan masalah limbah tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan anggaran, namun hal tersebut juga berkaitan dengan perilaku masyarakatnya itu sendiri.
“Sebetulnya sampah itu tidak harus dianggarkan, tapi bagaimana dikelola di keluarga. Kalau saya sendiri di rumah sudah dua tempat, yang organik dan tidak organik. Misalnya sampah masker bisa dikelola dengan cara dibakar,” kata Tisna.
Tisna menjelaskan, terkait anggaran untuk penanganan limbah medis, sebetulnya belum ada. Apalagi, ucap Tisna, anggaran untuk kegiatan operasional seperti penegakkan disiplin juga masih kurang. Seperti, penambahan dana sebesar Rp200 juta, yang diperuntukkan untuk Satpol PP, Polresta Bandung, Kodim 0624 Kabupaten Bandung dan juga untuk tim gugus tugas pencegahan Covid 19 ditingkat kecamatan.
“Limbah vaksin, ada instalasi pengelolaan limbahnya di Dinas Kesehatan. Kita mengimbau jadi masker bisa dipakai tiga kali, dalam artian dicuci dan direndam. Sehingga, begitu pulang, semua dikumpulin, kemudian direndam dengan air biasa, lalu digantung dan disetrika, bisa pakai lagi sampai tiga kali. Setelah itu dipotong atau dirobek takutnya disalahgunakan oleh orang lain,” jelasnya.
Ditempat terpisah, Anggota komisi C DPRD Kabupaten Bandung, Toni Permana menyoroti masih belum adanya tempat pengelolaan akhir limbah medis yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung. Saat ini, Pemkab Bandung menggandeng pihak ketiga untuk mengurusi limbah-limbah yang ada.
“Sementara ini pengelolaan limbah diberikan kepada pihak ketiga. Pengelolaan dan pembuangannya dan itu lumayan besar, jadi salah satu unsur beban keuangan rumah sakit kita,” kata Toni.
Dikatakan Toni, seandainya Kabupaten Bandung dibangun tempat pengelolaan akhir untuk limbah medis, maka hal itu bisa berdampak pada pengurangan biaya pengeluaran rumah sakit. “Dan juga akan ada potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang semakin besar,” imbuhnya.