BANDUNG – Gembong narkoba terbesar dalam sejarah Asia, Tse Chi Lop asal Kanada, ditangkap di Bandara Internasional Schipol Amsterdam pada Jumat (22/1). Penangkapan ini dipimpin Polisi Federal Australia (AFP).
Dikutip dari Ruters, Senin (25/1/2021), pria kelahiran Cina ini paling dicari di dunia. Dia dituduh memimpin operasi narkotika bernilai miliaran dolar.
Tse (57) adalah pemimpin Sindikat Sam Gor, operasi perdagangan narkoba terbesar dalam sejarah Asia. Para ahli mengatakan, dia berada di liga yang sama dengan raja narkoba terkenal El Chapo dan Pablo Escobar.
Perdagangan metamfetamin di Asia ini diyakini bernilai antara USD30 miliar (Rp421 triliun) dan USD61 miliar (Rp856 triliun) setahun. Sam Gor, yang kadang-kadang hanya disebut sebagai “Perusahaan”, diduga menjadi pemain terbesarnya.
“Pentingnya penangkapan Tse tidak bisa dianggap remeh. Ini besar dan (sudah) lama terjadi,” kata Perwakilan Regional Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) di Asia Tenggara dan Pasifik, Jeremy Douglas.
Douglas pun mengapresiasi penangkapan Tse. Menurutnya, lebih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan para gembong narkoba tidak dapat mengambil keuntungan dari pengawasan pemerintah yang buruk di daerah-daerah di Myanmar dan Laos.
“Meskipun mengesampingkan masalah kepemimpinan sindikat, kondisi yang secara efektif mereka gunakan di kawasan itu untuk berbisnis tetap belum terselesaikan, dan jaringan tetap ada. Banyak informasi sulit yang akan keluar,” terangnya.
Dapat disampaikan, bahwa organisasi tersebut dituduh menjalankan kerajaan pembuat obat sintetis di sebagian besar hutan yang tidak diawasi di Myanmar, wilayah yang dirusak oleh perang saudara dan masih di bawah kendali berbagai panglima perang dan milisi yang bersaing. Kondisi ini menyembunyikan operasi pembuatan obat skala besar dari penegakan hukum.
Dari sana, Sam Gor diduga dapat memperoleh bahan kimia prekursor dalam jumlah besar, bahan untuk membuat obat sintetis, dan kemudian memindahkannya ke seluruh wilayah ke pasar terdekat di Bangkok. Lalu meluas ke pasar yang lebih jauh di Australia dan Jepang.
Menurut seorang pejabat yang mengetahui langsung penyelidikan tersebut Sam Gor diduga memiliki operator yang bekerja di seluruh dunia, dengan pemain di Korea Selatan (Korsel), Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat (AS).