Relawan Uji Vaksin Terpapar Korona,  Tim Riset Klaim Itu Bagian dari Efikasi

BANDUNG – Sebanyak 25 relawan uji klinis vaksin sinovac terkonfirmasi positif Covid-19. Relawan itu terdiri dari 18 penerima plasebo dan tujuh orang yang telah mendapatkan dua kali vaksinasi.

Ketua Tim Uji Klinis COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil mengungkapkan, masih mendalami serta mengecek berapa orang yang sakit karena vaksin.

“Untuk uji klinis kemarin itu kan ada yang dapat vaksin, ada yang dapat plasebo. Nanti dilihat berapa yang sakit dapat vaksin, berapa yang sakit dapat plasebo. Dari hasil kemarin yang dapat vaksin yang sakit (terpapar Covid-19) tujuh, yang dapat plasebo 18 (relawan),” kata Kusnandi, Senin (18/1).

Lebih jauh dia menjelaskan, adanya relawan yang positif ini menunjukkan efikasi dari vaksin itu sendiri. Sebelumnya tim peneliti di Bandung yang melakukan uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 Sinovac menemukan angka efikasi 65,3 persen.

Artinya vaksin Covid-19 Sinovac berhasil menurunkan kejadian penyakit sampai 65,3 persen pada partisipan yang disuntik vaksin.

Sementara, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menanggapi kabar 25 relawan vaksin terpapar Covid-19. Menurut dia, adanya relawan uji vaksin terpapar tak bisa disimpulkan vaksin tersebut gagal.

“Ya, kan relawan itu terbagi dua ada yang disuntik vaksin dan ada yang disuntik plasebo, jadi kalau nanyanya urusan kedokteran maka jangan ke saya ya tapi sebagai relawan pengujian, vaksin itu ada yang disuntik vaksin beneran dan ada yang disuntik plasebo. Nah mungkin saja karena plasebo kan artinya dia cairan netral yang tidak mempengaruhi maka mungkin saja kelompok yang positif itu kelompok yang tidak disuntik vaksin kan tapi plasebo,” ujar Emil sapaannya di Makodam III Siliwangi.

“Tapi kalaupun yang divaksin kena Covid, harus diliat dulu jadwal kena Covid-nya,” kata Emil menambahkan.

Emil yang juga sesama relawan menuturkan, berdasarkan informasi dari dokter, antibodi vaksin tersebut akan muncul tiga bulan setelah penyuntikan kedua. Seperti dirinya, kata Emil, dia disuntik pertama kali pada Agustus 2020 dan suntik kedua pada September 2020.

“Dari September ke Desember itu terjadi proses antibodi, mungkin saja kenanya sebelum H-30 karena antibodinya belum maksimal, maka dia kena. Jadi cerita itu harus dibedah dan jangan digeneralisir sebagai seolah gagal atau bagaimana, harus satu persatu,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan