BANDUNG – Rumah Zakat berkolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan Virtual Press Conference Indonesia Darurat Bencana pada Senin, (18/1) melalui aplikasi Zoom meeting. Virtual Press Conference tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB Bambang Surya Putra, CEO Rumah Zakat Nur Effendi, Response and Recovery Dept Head Rumah Zakat Al Razi Izzatul Yazid.
Selama 2020, Indonesia telah dilanda berbagai musibah, salah satunya pandemi Covid-19 yang merebak sejak Maret 2020 dan masih belum berakhir hingga saat ini. Sementara itu, Januari belum sampai akhir, namun bencana sudah kembali menimpa Indonesia. Tercatat 136 titik bencana terjadi, terdiri atas 2 gempa bumi, 95 kejadian banjir, 25 kejadian tanah longsor, 12 peristiwa puting beliung, serta 2 kejadian gelombang pasang dan abrasi.
Konferensi pers tersebut diawali oleh Nur Effendi selaku CEO Rumah Zakat, dengan pemaparan mengenai aksi bantuan yang dilakukan oleh Rumah Zakat selama 2020. Sepanjang tahun 2020, Rumah Zakat telah berkontribusi dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak bencana di 257 titik, Aksi Hadapi Covid-19 di 2.651 titik serta berperan dalam membantu masyarakat yang terdampak isu kemanusiaan di 10 negara.
Dalam konferensi pers tersebut, Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Kapusdalops) BNPB Bambang Surya Putra menyatakan keprihatinannya atas bencana yang terjadi di banyak tempat di Indonesia. Bambang yang sedang dalam perjalanan menuju Mamuju mengingatkan masyarakat untuk siap-siaga dengan potensi bencana yang menghantui Indonesia.
“Saat ini sejumlah daerah di Indonesia memasuki musim penghujan, dan adanya fenomena La Nina dan telah diberi peringatan oleh teman-teman BMKG ini mengakibatkan curah hujan yang meninggi sekitar 40 persen”ujarnya dalam konferensi pers virtual pada Senin, (18/1).
Tingginya curah hujan tersebut meningkatkan potensi bencana longsor dan banjir. Menghadapi situasi ini, ia berharap masyarakat yang tinggal di daerah dengan intensitas hujan yang tinggi memperkuat kesiapsiagaannya.
Meskipun begitu, berdasarkan data dari BMKG, Bambang menyatakan bahwa puncak musim hujan terjadi pada pertengahan Januari hingga Februari. Iapun mengimbau masyarakat supaya meningkatkan kesiapsiagaan dan lebih memahami daerahnya agar bisa evakuasi dengan aman.