15 Daerah di Jabar Berisiko Tinggi Bencana, BPBD Siapkan Mitigasi Antisipasi Korban

“Peta rawan bencana hingga tingkat desa tersebut tinggal ditindaklanjuti hingga tingkat RW dan RT untuk memudahkan upaya antisipasi, termasuk penanganan pascabencana,” ujar Dani.

Dani menuturkan, Pemprov Jabar pun masih menetapkan status Siaga 1 seiring tingginya intensitas hujan yang diprediksi bakal terjadi hingga Mei 2021.

“Kita (Jawa Barat) masih berada dalam status Siaga 1 hingga akhir Mei nanti. Kami mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap berbagai potensi bencana,” terangnya.

Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana. Pasalnya potensi bencana dimungkinkan masih terjadi hingga Maret 2021. Terlebih dengan risiko yang multi, baik dari aspek cuaca, iklim, gempa hingga tsunami .

“Sampai Maret masih ada potensi multi risiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari. Tapi seiring dengan itu, potensi kegempaan juga meningkat, mohon kewaspadaan masyarakat,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari Setkab.go.id.

Sejak Oktober 2020, BMKG telah mengeluarkan information potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan. Bahkan sejak awal Januari 2021, bencana bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan.

Begitu pula dengan potensi kegempaan, gempa dengan kekuatan signifikan terjadi di sejumlah daerah, yang terbaru gempa dengan magnitudo 5,9 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat, pada Kamis (14/1/2021) pukul 13.35.49 WIB.

Kemudian gempa bumi dengan kekuatan yang lebih besar M6,2 terjadi pada Jumat (15/1) dinihari pukul 01.28 WIB yang lebih mengguncang dan merusak.

Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno, episenter Gempa Majene 14-15 Januari 2021 sangat cocok dengan sumber gempa yang ada tsunami pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 km.

Hal senada lamaran Koordinator Bidang Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono bahwa gempa yang terjadi di Majene merupakan perulangan gempa pada 1969 karena dibangkitkan oleh sumber yang sama yaitu Sesar Naik Mamuju (Mamuju thrust). Namun saat itu pusat gempa berada di laut sehingga menimbulkan tsunami .

“Sesar Naik Mamuju ini sangat aktif. Dari sebaran gempa utama dan susulan yang terjadi sejak 14-15 Januari, ada tiga yang bisa kita kenali sumbernya dan memiliki koneksi dengan gempa masa lalu,” tambah Daryono.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan