Situasi ini berlaku bagi keturunan Cina di Asia Tenggara, kelompok Marwari di India, keturunan India di Afrika (Afsel, Uganda, Zimbabwe dll), orang Yahudi di dunia, dimana eksistensinya senantiasa menghadapi “penolakan” dari pendudk setempat, atau menjadi warga kelas dua. Bagi kelompok ini, satu-satunya cara untuk mengkompensasi proses alienasi dan blokade sosial yang mereka hadapi adalah dengan cara bekerja keras tanpa kenal lelah.
Dengan demikian, tampak bahwa situasi sosial-politik tertentu dalam suatu masyarakat ikut mendorong kelompok tertentu untuk melakukan kerja keras, mengembangkan gaya hidup yang penuh disiplin, dan mengkonsentrasikan diri di satu bidang agar dapat terus bertahan menghadapi pelbagai tekanan hidup.
Semangat seperti itulah yang tertanam dalam diri Kamala Harris, semangat kerja keras, dari keluarga Harris di Jamaika, dan terutama semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh sosok ibunya, Shyamala Gopalan Harris,seorang peneliti kanker yang disegani, yang hidup sendiri setelah bercerai, membesarkan dua orang putrinya menjadi perempuan kulit hitam yang kuat. Ibunya telah menanamkan nilai-nilai dalam dirinya yang sangat berpengaruh dalam membentuk peta jalan hidup mereka, dan bangga dengan warisan leluhur India. Berkat didikan ibunya, Kamala sejak kecil sudah tertarik pada masalah hak-hak warga sipil, khususnya kaum marjinal.
Pelajaran ini akan menjadi bekal Kamala dalam melakukan pengabdiannya kepada masyarakat Amerika dan Dunia. Hal inilah yang kemudian menobatkan Kamala sebagai Perempuan bagi masa depan Amerika. Inilah mutiara Asia yang siap bersinar ditanah Amerika.
*) Penulis Dosen Ilmu Hubungan Internasional Unpas Bandung.