BANDUNG – Pengamat Pemerintahan dan Kebijakan Publik dari Universitas Parahyangan (Unpar), Asep Warlan Yusuf menilai, tenaga medis (nakes) di RSUD Bayu Asih Purwakarta yang menolak disuntik vaksin Covid-19 lewat video di Tiktok merupakan tindakan tidak etis.
Dia mengatakan, seharusnya nakes menyampaikan penolakkan tersebut dengan menggunakan argumentasi dengan alasan yang objektif. Sehingga masyarakat dalam menerima informasi itu mempunyai alasan kuat.
“Bukan dengan cara yang dibuat seperti parodi itu. Kurang etis, karena mereka tenaga medis, bukan orang awam,” kata Asep saat dihubungi, Selasa (12/1).
Dia mengungkapkan, jika nakes melakukan penolakkan pasti ada pertimbangan yang objektif dan ilmiah. Seharusnya, sambung Asep, tidak perlu ditampilkan dalam bentuk video Tiktok, tetapi disampaikan dengan substansi kenapa menolak.
“Itu bukan orang awam dan masyarakat biasa, maaf saya bandingkan. Tapi itu tenaga medis beda ceritanya. Tenaga medis itu harus menjelaskan dengan argumentasi dengan alasan yang objektif,” ungkapnya.
“Sebaiknya tidak disalurkan dengan cara begitu, bisa nulis, bisa rapat, bisa menyatakan pendapat, terorganisasi jauh lebih elegan jauh lebih manfaat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Asep menjelaskan, penolakkan tersebut tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tengah gencar menyosialisasikan vaksinasi Covid-19 untuk masyarakat.
“Padahal pemerintah sedang gencar-gencarnya sosialisasi vaksinasi, kan tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah,” jelasnya.
Kendati demikian, Asep menyampaikan, hal tersebut merupakan hak setiap warga untuk menyampaikan ekspresinya dan dijamin oleh Undang-undang. Tapi, harus disampaikan dengan alasan dan argumentasi yang jelas. “Bahwa semua orang berhak menyatakan pendapatnya,” paparnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan tanggapan atas aksi penolakan vaksinasi Covid-19 yang dilakukan oknum tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bayu Asih, Kabupaten Purwakarta.
Dirinya mengaku sudah menelusuri kasus tersebut. Faktanya, hanya sebatas bercanda dengan menggunakan media sosial. “Itu cuma main-main, mengobati stres dengan main TikTok. Ternyata memang tidak diniatkan,” kata Emil.
Emil, telah menegur oknum tenaga kesehatan bersangkutan. Dia meminta agar tidak menggunakan isu sensitif sebagai bahan candaan. Pasalnya, hal itu dapat diterjemahkan oleh masyarakat sebagai sesuatu yang serius dan penting, serta menimbulkan persepsi yang berbeda.