Buntut ‘Chaos’ Pendukung Donald Trump, Korban Tewas Bertambah

WASHINGTON – Kepala Polisi DC, Robert Contee III mengatakan dalam konferensi pers Rabu (6/1) malam, bahwa terdapat tiga korban tewas pada hari sebelumnya akibat kondisi medis yang dialami ketiganya sewaktu terjadi kerusuhan yang diciptakan simpatisan Donald Trump di gedung US Capitol, Washington, DC.

Adapun satu orang wanita diduga tertembak secara fatal oleh petugas Polisi Capitol AS ketika perusuh yang bersenjata menyerbu gedung Capitol.

Dilansir dari Antara, pihak kepolisian tidak bersedia memberikan identitas dari perempuan tersebut, sementara tiga orang yang sebelumnya disebutkan meninggal murni karena kondisi kesehatan.

Contee juga mengatakan sedikitnya 14 petugas MPD menderita luka-luka sebagai akibatnya, bahkan dua petugas harus jalani rawat inap di rumah sakit; satu yang menderita “luka serius setelah dia ditarik ke kerumunan dan diserang” dan yang lainnya “menerima luka parah di wajah setelah terkena proyektil. ”

“Satu perempuan dewasa dan dua laki-laki dewasa tampaknya menderita keadaan darurat medis yang terpisah” di atau sekitar halaman Capitol, yang mengakibatkan kematian mereka.” kata Contee, dikutip dari Bussines Insider.

“Setiap kehilangan nyawa di Distrik (of Columbia) adalah tragis, dan pikiran kami bersama siapa pun yang terkena dampak kehilangan mereka,” tambahnya.

MPD juga menemukan berbagai bahan peledak dan senjata sepanjang hari, termasuk satu bom pipa yang tidak meledak yang tersisa di markas besar Komite Nasional Demokrat, satu lagi yang tersisa di markas Komite Nasional Republik, dan senjata panjang dan bom molotov dari sebuah kendaraan di halaman Capitol.

Akan tetapi penegakan hukum yang kurang sigap dari petugas keamanan telah mendapat kecaman dalam menangangi para perusuh.

Bahkan, dalam video yang diunggah ke TikTok, sejumlah petugas polisi tampak membuka gerbang dan mengizinkan perusuh masuk.

Pakar penegakan hukum mengatakan kepada The Washington Post, mereka “dibingungkan” oleh taktik yang digunakan polisi begitu menghadapi pengunjuk rasa.

Adapun Walikota DC, Muriel Bowser mengatakan, dia tidak mengetahui insiden di mana polisi diduga membuka gerbang untuk pengunjuk rasa. (bbs/*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan