Saling sindir agar tajam terjadi saat paslon nomor 2 bertanya kepada paslon 3, dan salng memberi tangapan. Wakil Bupati nomor urut 2 misalnya. Ia meminta pejelasan yang detai kepada paslon 2 soal pengentasan kemiskinan. Aep menyebut penanggulangan kemiskinan tak semudah bicara saja. Bahkan soal kartu wirausaha, Aep sangsi apakah perbankan mau diajak kerja sama sal kartu wirausaha Jmmy-Yusni. Lantaran semua perbankan, kata Aep punya aturan main menjalankan usaha. “Jangan sampai masyarakat nanti terobsesi dan hanya jadi hayalan,” kata Aep.
Jimmy menjawab. Bahwa program dia bukan program hayalan, tapi jawaban kebutuhan masyarakat. Jimmy balik menyentil, bahwa kata dia, setiap kepala daerah harus mengasa manajerial keuangan daerah, manajerial birokrasi dan harus punya responbilitas atau kepekaan. Jimmy menuturkan, niat mengentaskan pengangguran harus dibarengi dengan syarat pemimpin yang memiliki tiga unsur itu.
Jika tidak, konsekensinya, bakal ada pemborsan anggatan tak perlu, seperti kata Jimmy menyontohkan, pembangunan Gedung Pemda II, alihfungsi rumah dinas bupati menjadi galeri sampai yang sejauh ini belum dipakai. Aep pun menimpali,jika dirasa tak tepat sasaran, kata Aep kenapa Jimmy tidak protes padahal Jimmy adalah wakIl bupati dari Cellica.
Pada sesi keenam, seluruh paslon dipersilahkan memberkan kata penutup. Semua paslon mengakhirnya dengan pantun. Namun yang menarik, paslon nomor 1 menyemilkaan sindiran bai Cellica-Aep maupun Jimmy-Yusni. Adly menyebut, pada pilbup Karawang tahun 2015 lalu para paslon termasuk saat itu (Cellica-Jimmy) menyampaikan visi-misi yang sangat bagus, seperti malam tadi. Namu kata Adly, pengangguraan tetap msih ada, sekolah rusaka pun masih banyak. “Ini bukan soal visi-misi. Kami berkomitmen untuk mengeksekusi,” kata dia. (bbs/mhs)