CIANJUR – Rendahnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) khususnya di bidang pendidikan tidak terlepas akibat kurangnya guru Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Cianjur Asep Saepulrohman, kemarin (21/10).
Berdasarkan data di Disdikbud Cianjur, dari jumlah guru SD/SMP 16.000 yang ada di Cianjur hanya 16.000 yang statusnya ASN.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Cianjur, Asep Saepulrohman, mengatakan sangat disayangkan di dalam upaya untuk peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Cianjur kekurangan guru yang sangat besar.
“Sebab guru-guru yang ada itu adalah guru-guru honorer. Sampai ada beberapa sekolah yang notabene pegawai negeri nya itu hanya kepala sekolah saja, berarti itu sebuah kendala juga,” kata dia kepada wartawan saat ditemui di ruangannya, kemarin (21/10).
Ia melanjutkan, sarana dan prasarana pendidikan baik fisik maupun nonfisik sudah luar biasa. Hanya saja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sangat kurang sekali.
“Sekarang juga kalau tidak salah jumlah guru itu hampir 16.000. Dari 16.000 itu ASNnya hanya 6.000 dari seluruh sekolah. Dari 6.000 itu sekarang masih main ada yang meninggal belum tercatat, dan pensiun itu hitungan kasar,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar guru-guru yang sudah menjadi honorer di atas dua tahun cukup diseleksinya administrasi, dan dibenarkan bahwa guru tersebut telah mengajar di sekolah, dibuktikan dengan surat keterangan kepala sekolah.
“Kasihan seperti yang kemarin di Cibinong ada yang sudah 21 tahun menjadi guru honorer,” ucapnya.
Ia mengatakan, kekurangan guru ini kekurangan guru PNS atau ASN ini disebabkan karena memang telat saja dari pemerintah. Adapun ketika ada informasi dinilai tidak seimbang. Misalkan Cianjur hanya diberikan jatah 100 guru sedangkan kekurangannya sampai dengan 10.000 artinya tidak berimbang.
“Disamping misalkan hanya dijatah 100 orang kan melalui seleksi yang ketat. Sedangkan guru yang notabene sudah 15 atau 10 tahun ke atas mengabdikan diri diadukan dengan mahasiswa yang baru keluar. Kalau mau dihargai itu merekalah yang sudah jelas mengabdikan diri dari pada menerima yang hasil seleksi, yang kadang-kadang aja kok jadi pembinaan realisasi keguruannya itu belum melekat,” ujarnya.