JAKARTA – Suka tidak suka, tahun ini layak disebut tahun yang abnormal. Banyak turnamen distop karena pandemi Covid-19. Para pemain pun hanya fokus latihan tanpa kejelasan masa depan turnamen yang diikutinya.
Kalaupun ada semacam turnamen pengganti di dalam negeri, levelnya jauh dari kompetisi sungguhan yang biasa dijalani para pemain. Jika memasuki triwulan akhir, biasanya promosi-degradasi penghuni pelatnas tahun berikutnya siap dilakukan.
Pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi belum mengetahui ada atau tidaknya degradasi tahun ini. Dia menyebut belum ada koordinasi dengan binpres soal itu. Sebab, tanpa adanya turnamen, sulit menentukan mana yang akan promosi atau degradasi.
”Untuk sementara belum bisa melihat hal itu. Mungkin ada patokan penilaian tertentu dari bidang binpres (pembinaan prestasi, Red) akan seperti apa” kata pelatih berjuluk Naga Api itu.
Namun, sejauh ini harus ada patokan untuk bisa menentukan nama-nama yang dipilih. Ada 105 nama yang tercantum dalam surat keputusan PP PBSI untuk periode 2020. Dalam ganda putra sendiri, ada 14 pemain yang masuk skuad utama dan 10 pemain dalam skuad pratama.
Bagaimana tanggapan atlet soal promdeg pada tahun saat mereka tak banyak berkompetisi? ”Kalau menurut saya, soal promosi dan degradasi itu diserahkan ke pelatih masing-masing. Mereka lebih tahu kekurangan dan kelebihan para pemainnya,” jelas pemain ganda campuran pelatnas Hafiz Faizal.
Menurut Hafiz, kondisi tersebut juga membuat PBSI dilematis. Tahun ini mereka akan berganti kepengurusan. Seharusnya Oktober ini mereka menyelenggarakan musyawarah nasional (munas) untuk pemilihan ketua umum. Di sisi lain, selain soal promdeg, PP PBSI sudah meminta kepada KONI pusat untuk menunda pelaksanaan musyawarah nasional (munas) hingga enam bulan dari jadwal semula.
”Boleh (ditunda) sampai Juni 2021. Tetapi, kami ada rencana untuk mengadakan bulan November. Promosi dan degradasi tetap jalan seperti biasanya sesuai kewenangan dari binpres,” jelas Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto saat dihubungi kemarin.
Sementara itu, Kabidbinpres PP PBSI Susy Susanti mengaku belum bisa menentukan promosi dan degradasi akan seperti apa. Sebab, dia belum tentu menjadi binpres lagi untuk kepengurusan berikutnya. ”Belum tahu ya arahan di atas seperti apa. Kalau masih sama (kepengurusan), mungkin saya bisa memberikan pandangan (promosi-degradasi). Tetapi, ini kontrak sudah mau habis, saya tidak bisa memberikan informasi,” ujar Susy.