JAKARTA – PT Bio Farma harus segera membayar sebesar Rp24 triliun kepada perusahaan Sinovac asal Cina sebagai bentuk kelanjutan kerjasama pengadaan vaksin di Indonesia.
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah segera menyiapkan anggaran tersebut mengingat mendesaknya kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia.
Pemerintah harus menyelesaikan pembayaran agar proses vaksinasi dapat segera dilakukan. Ini untuk jaminan keselamatan rakyat, jadi harus diprioritaskan.
’’Jadi jangan sampai pemerintah bisa menyuntik PT BPUI untuk Jiwasraya sebesar Rp20 triliun, tapi untuk kepentingan kesehatan justru belum disiapkan,” Kata Netty dalam keterangan media, dalam keterangannya ke redaksi Jabar Ekspres Minggu, (4/10).
Netty mendesak, pemerintah agar segera menyusun dan mengesahkan Perpres vaksinasi agar proses vaksinasi dapat segera diimplementasikan.
“Lahirnya perpres vaksin sangat mendesak, agar proses vaksinasi dapat segera dilakukan terhadap 170 juta rakyat Indonesia. Apalagi presiden sudah memberikan instruksi bahwa perpres harus sudah selesai dalam waktu dua minggu terhitung sejak Senin yang lalu.” Kata Netty.
Untyuk itu Netty berharap, jangan sampai yang terjadi adalah proses yang berlarut-larut dan tidak pasti. Karena rakyat sedang menanti langkah konkret pemerintah dalam menangani Covid-19.
’’Pemerintah dalam hal ini Kemenkes yang seharusnya menjadi leading sektor harus bisa bergerak cepat dan jangan ‘lola’, karena sampai saat ini setiap harinya kasus positif baru terus memecahkan rekor,” tambahnya lagi.
Netty juga meminta Bio Farma bekerjasama dengan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan vaksin. Sebab standar WHO, setidaknya 70 persen penduduk atau sekitar 170 juta orang Indonesia harus divaksin sebanyak dua kali penyuntikan.
“Kapasitas Bio Farma hanya sanggup produksi 250 juta per tahun, jadi harus berkolaborasi dengan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan vaksin di tanah air,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan publik mengapa harus vaksin Sinovac asal Cina, menurut Direktur Operasional PT Bio Farma, pilihan ini disebabkan karena teknologi Sinovac familiar dengan Bio Farma, Sinovac bersedia untuk transfer teknologi dan vaksin Sinovac sudah memenuhi standar WHO.
Untuk menguatkan ketahanan kesehatan nasional, legislator asal Jawa Barat ini meminta pemerintah memiliki kemandirian dalam tata kelola obat dan vaksin agar tidak selamanya bergantung pada negara lain.