Manusia begitu dibuat berbeda-beda.
Tapi dalam hal imunisasi Civid-19 ini semua harus taat pada aturan bersama –yang dibuat WHO.
Ada istilah yang bisa menyadarkan kita untuk tidak egois: kita ini akan berenang bersama atau tenggelam bersama.
Kalau sebagian dari kita melakukan vaksinasi duluan, kelihatannya kita hebat: tetap bisa berenang menuju pantai. Sedang yang lain tenggelam. Tapi akhirnya kita akan tenggelam juga sebelum sampai di pantai.
Vaksinasi harus bersamaan waktu. Tentu tidak harus di tanggal dan jam yang sama. Setidaknya dalam satu kurun. Misalnya, harus selesai seluruh dunia dalam waktu 1 tahun.
Gerakan vaksinasi sudah harus selesai mencapai 70 persen penduduk tiap-tiap wilayah sebelum kelompok yang pertama divaksinasi kehabisan imunitasnya.
Masalahnya begitu jelas: dari mana negera miskin bisa beli vaksin untuk setidaknya 70 persen penduduknya.
Kali ini negara kaya tidak bisa mentang-mentang kaya. Itulah sebabnya semua teman saya di Tiongkok belum ada yang vaksinasi. Padahal, semula, saya menduga mereka akan vaksinasi duluan.
WHO sudah mendata: ada 92 negara yang tidak mampu membeli vaksin. Kalau mereka dipaksa untuk membeli vaksin, bisa-bisa mereka mati duluan sebelum vaksin tiba: mati kelaparan.
Yang mampu mandiri hanya 80 negara. Tiongkok, Rusia, Amerika sudah menyatakan bisa beli sendiri. Tentu juga Indonesia?
Untuk 92 negara miskin tersebut diperlukan dana 15 miliar dolar. Sekitar Rp 20.000 triliun. Dana yang ada di WHO baru terkumpul 3 miliar dolar.
Sekaya-kaya Bill Gate, sumbangannya hanya cukup untuk membeli 300 juta unit.
Padahal sebelum jatah untuk negara-negara miskin tersebut tersedia, vaksinasi tidak bisa dimulai.
Ups… Ini yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Tapi ini juga sekaligus membuat kita untuk lebih sabar.
Kita ingin bisa berenang bersama.
Entahlah kalau Donald Trump –yang memutuskan Amerika keluar dari WHO– akan berenang sendirian, menuju Wuhan. (Dahlan Iskan)